KONFLIK DAN STRESS
PEMBAHASAN
FRUSTRASI
Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai.
Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai.
Frustasi ini pun terjadi juga bila tujuan yang dicapai
mendapatkan rintangan.
Frustasi memiliki dua sisi.
1. Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Pada contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat marah oleh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul adalah kesal, marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.
Akibat dari frustasi bisa memunculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut psikosomatis.
Frustasi memiliki dua sisi.
1. Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Pada contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat marah oleh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul adalah kesal, marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.
Akibat dari frustasi bisa memunculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut psikosomatis.
SUMBER-SUMBER FRUSTASI
·
Charles N. Cofer dalam Slamet Santoso (2010:123)
Sumber-sember
penyebab frustasi adalah:
1. Physical barrier, yakni semua sumber penyebab frustasi yang berasal dari
keadaan fisik seperti tinggi badan, kaki pendek sebelah, dan sebagainya.
2. Personal deficiencies, yakni semua sumber frustasi yang
berasal dari kekurangan pribadi seperti : kurang pandai, rendah diri, pendiam,
dan sebagainya.
3. Uncooperative social arrangement, yakni sumber frustasi yang berasal
dari kekurangan kerja sama pengaturan sosial, seperti kurang berinteraksi
sosial, menyendiri, ragu-ragu, dan sebagainya.
·
David Kretch dan Richard S. Crutchfield dalam Slamet Santoso
(2010:123)
Mereka
mengungkapkan bahwa penyebab frustasi adalah :
1. The physical environmental, yakni sumber-sumber yang berasal
dari lingkungan fisik seperti orang haus di padang pasir dan tidak ada air,
menyebabkan frustasi.
2. The biological limitation, yakni sumber penyebab frustasi
yang berasal dari keterbatasan biologis individu sendiri, misal orang yang
timpang kakinya tidak dapat menjadi pelari cepat.
3. Psychological complexity, yaitu suatu sumber penyebab
frustasi yang berasal dari suasana psikologis dalam diri individu yang kompleks
dan mungkin bertentangan akibat ketidaksesuaian lingkungan psikologis dengan
kebutuhan dan tuntutan. Misal seorang individu ingin membeli buku, tetapi pada
saat bersamaan ibunya menyuruh mengantarkan adiknya dan menunggui saat si
adiknya belajar renang.
4. The social environmental, yakni sumber penyebab frustasi
berasal dari lingkungan yang menyebabkan individu mengalami frustasi dalam
bertingkah laku sosial, seperti adanya norma-norma sosial. Misal Andi yang
diumpat teman-temannya karena ia memberi dengan tangan kiri pada temannya.
Dalam hal ini pada masyarakat berlaku tabu memberi dengan tangan kiri.
· Tristiadi (2007:37) menyatakan bahwa
Ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti:
1.
Hambatan Fisik: kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
2.
Hambatan Sosial: kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang
keras, perubahan yang tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal
tersebut mempersempit kesempatan individu untuk merai kehidupan yang layak
sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.
3.
Hambatan Pribadi: keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat
fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi
dan stress pada individu.
· Singgih Gunarsa (2003:102)
menyatakan bahwa sumber yang menyebabkan terjadinya Frustasi:
1.
Diri Pribadi Sendiri
Frustasi
terjadi karena kelemahan, ketidak mampuan, atau cacat yang terjadi dalam diri
sendiri. Misalnya seorang yang ingin menjadi dokter gigi, tapi gagal karena ia
buta warna.
2.
Lingkungan Alam (Fisik)
Misalnya
ingin menyebrangi sungai tidak bisa karena terlalu dalam dan arusnya deras
sekali. Ingin datang ke sekolah tepat waktu tidak bisa karena ban sepedanya
bocor.
3.
Keadaan Objeknya sendiri
Tujuan
(objek) itu tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Misalnya ingin membeli
kain, kain sudah dibeli tetapi ternyata luntur.
4.
Adanya Konflik
Frustasi
disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang. Dengan adanya
motif yang saling bertentangan, maka pemuasan dari salah satu motif akan
menyebabkan frustasi bagi motif lain. Frustasi konflik ini dapat timbul dari
tiga maca konflik yang berbeda:
a.
Konflik mendekat-mendekat
Yaitu
individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan yang sama-sama mempunya nilai
positive, dimana individu harus memilih satu dari beberapa pilihan.
b.
Konflik mendekat-menjauh
Dimana
objek yang menjadi tujuan mempunyai nilai positive dan negative sekaligus.
c.
Konflik mendekat-menjauh
Yaitu
individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mempunyai nilai negative dan
sama-sama harus dihindari.
AKIBAT FRUSTASI
Frustasi
dapat menimbulkan beberapa akibat, antara lain: (Singgih Gunarsa)
1)
Frustasi dapat menimbulkan lingkaran setan (circules viciousus) antara rasa
cemas (axienty) dan agresifitas. Karena axienty maka tibul impuls-impuls
agresifitas dan dalam keadaan agresifitas biasanya tujuan lebih sukar dicapai,
sehingga terjadi frustasi yang lebih besar lagi.
2)
Gejala Psikosomatis, gejala psikis yang ada hubungannya dengan tubuh.
3)
Kekakuan dan Kebodohan
Tingkah
laku kkau adalah tingkah laku yang yang sangat terikat, yang tidak memikirkan
kemungkinan-kemungkinan yang lain sehingga bagaimanapun ia berusaha tidak akan
ditemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Orang akan tampak seperti
bodoh.
Ciri Orang Frustasi, antara lain:
1. Mengeluh dan menyesali
2. Jiwa bisa tertekan karena banyaknya pikiran
3. Merasa hidupnya tak berarti lagi mungkin merasa kurang diperhatikan sehingga cenderung mencoba bunuh diri.
Penyebab Frustasi:
1. Kehilangan ditinggal mati kekasih
ataupun diputuskan
2. kehilangan salah satu dari sanak keluarga
3. Kehilangan barang yang disayanginya
Solusinya:
1. Kesadaran diri perlu diterapkan buat menerima kenyataan yang dialami
2. Kemauan berubah dengan tekad kuat biar situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya
3. Diperhatikan dan diberikan bimbingan dalam mengubah pola pikir.
Cara mencegah frustasi:
1. Dalam menyikapi suatu masalah harus dengan mengkontrol emosi.
2. Berusaha bersikap sabar.
3. Yakin bahwa suatu masalah nantinya akan ada jalan keluarnya.
1. Mengeluh dan menyesali
2. Jiwa bisa tertekan karena banyaknya pikiran
3. Merasa hidupnya tak berarti lagi mungkin merasa kurang diperhatikan sehingga cenderung mencoba bunuh diri.
Penyebab Frustasi:
1. Kehilangan ditinggal mati kekasih
ataupun diputuskan
2. kehilangan salah satu dari sanak keluarga
3. Kehilangan barang yang disayanginya
Solusinya:
1. Kesadaran diri perlu diterapkan buat menerima kenyataan yang dialami
2. Kemauan berubah dengan tekad kuat biar situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya
3. Diperhatikan dan diberikan bimbingan dalam mengubah pola pikir.
Cara mencegah frustasi:
1. Dalam menyikapi suatu masalah harus dengan mengkontrol emosi.
2. Berusaha bersikap sabar.
3. Yakin bahwa suatu masalah nantinya akan ada jalan keluarnya.
BERBAGAI
REAKSI TERHADAP FRUSTRASI
Frusrtasi tidak peduli
apakah itu disebabkan oleh hambatan lingkungan, keterbatasan pribadi, atau
konflik dapat menimbulkan beberapa akibat yang mungkin. Suatu eksperimen klasik
yang dilakukan terhadap sejumlah anak kecil menggambarkan beberapa reaksi
terhadap frustrasi (Barker, Dembo, dan Lewis, 1941). Eksperimen itu akan
diberikan sedemikian rupa sehingga seakan-akan kita sedang mengamatinya.
Reaksi-reaksi Frustasi yang Sifatnya Positive: (Tristiadi,
2007)
1)
Mobilitas dan penambahan aktivitas
Misalnya
karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan
rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan,
keberanian untuk mengatasi segala kesulitan.
2)
Besinnung (berfikir secara mendalam disertai dengan wawasan jernih)
Setiap
frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang
untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih
objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative
penyelesaian lain.
3)
Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima
situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap
ilmiah. Semua ini bisa dilakukan jika mulai belajar menggunakan pola yang
positif dalam menangulangi setiap kesulitan sejak masih berusia sangat muda.
4)
Membuat dinamika nyata suatu hubungan
Kebutuhan-kebutuhan
bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh
seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi
pribadi.
5)
Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi
adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi
sukses dan menang dibidang lainnya. Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan
spirit perjuangan yang agresif dan tidak mengenal kata menyerah.
6)
Sublimasi
Yaitu
usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic,
dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi social yang tidak sehat dalam
bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat. Misalnya nafsu
seks dialihkan ke olahraga.
Reaksi Frustasi yang Sifatnya Negative: (Tristiadi: 2007)
1) Agresi
Dalam situasi
frustrasi, biasanya anak tampak gelisah dan tidak senang, mereka menggerutu, resah,
dan mengeluh. Dan beberapa diantara mereka mengungkapkan perasaan marah, mereka
menendang dan memukul mainan, bahkan seringkali merusaknya. Kadang-kadang
agresi di ekspresikan secara langsung terhadap orang atau benda yang menjadi
sumber frustrasi. Beberapa anak menerjang rintangan kawat, mencoba menggeser
atau merusaknya. Agresi semacam ini tidak selalu bersifat permusuhan. Tindakan
ini mungkin merupakan cara pemecahan masalah yang dipelajari. Bila seorang anak
merebut mainan dari anak lainnya anak yang kedua akan menyerang anak yang
pertama dalam usaha memperoleh kembali mainan tersebut. Orang dewasa biasanya
mengekspresikan agresinya secara verbal dan tidak secara fisik, mereka lebih
cenderung saling menghina dari pada saling memukul. Meskipun rasa marah yang
timbul karena frustrasi bisa mendorong individu untuk menyerang penghambat,
tidak peduli apakah itu makhluk hidup atau benda mati, agresi langsung tidak
selalu dapat dilakukan.
Agresi
yang dialihkan (Displaced Aggression) dalam banyak hal, orang
yang mengalami frustrasi tidak dapat mengekspresikan agresi terhadap sumber
frusrtasi. Kadang-kadang sumber tersebut tidak jelas. Orang itu tidak tahu apa
yang akan diserang tetapi dia merasa marah dan mencari sesuatu untuk diserang.
Kadang-kadang orang menyebabkan frustrasi tersebut terlalu kuat sehingga
serangan terhadap orang itu akan menimbulkan bahaya. Bila situasi menghambat
serangan langsung terhadap penyebab frustrasi, agresi akan dialihkan-tindakan
agresif akan diarahkan pada orang atau objek yang tidak bersalah dan tidak pada
penyebab frustrasi yang sebenarnya. Orang yang tidak mendapat teguran di tempat
kerja mungkin akan melampiaskan rasa marahnya yang terpendam kepada
keluarganya.
Prasangka terhadap
kelompok minoritas sering mengandung unsur pengalihan agresi, atau pengambinghitaman. Pada masa depresi
ekonomi, ketika uang dan pekerjaan sulit diperoleh, orang cenderung menimpakan
kesulitannya ke sejumlah kelompok minoritas yang relatif tidak memiliki
kekuasaan. Pada masa lampau, orang-orang Nazi menyalahkan orang-orang Yahudi,
petani di Amerika Serikat bagian Selatan menyalahkan orang kulit hitam,
buruh-buruh Protestan di Boston menyalahkan orang Khatolik Irlandia, petani
buruh di California menyalahkan imigran gelap Meksiko, dan sebagainya. Ada banyak
faktor yang mendorong timbulnya prasangka, tetapi pengalahan agresi sebagai
respon terhadap frustrasi merupakan salah satu faktor tersebut seperti yang
diperlihatkan dalam eksperimen berikut ini.
Sejumlah anak laki-laki
yang mengikuti kemah musim panas diharuskan untuk berpartisipasi dalam acara
pengetesan yang lama dan membosankan, yang menyita banyak waktu sehingga mereka
kehilangan kesempatan untuk menonton film di bioskop setempat. Survei tentang
sikap anak laki-laki itu terhadap kelompok minoritas sebelum dan sesudah acara
pengetesan menunjukan adanya peningkatan perasaan tak bersahabat yang
signifikan sesudah acara pengetesan tersebut. Anak laki-laki itu mengalihkan rasa marah mereka pada
kelompok minoritas dan tidak megungkapkannya secara langsung pada para
penyelenggara tes. (Miller dan Bugelski, 1948).
2) Apati
Salah satu faktor yang
mempersulit penelitian terhadap perilaku manusia adalah kecenderungan orang
yang berbeda untuk memberikan respons yang berbeda terhadap situasi yang sama.
Meskipun respons yang umum terhadap frustrasi adalah agresi aktif, respons yang
sebaliknya berupa sikap acuh tak acuh dan menarik diri disebut apati, bukan hal yang tidak biasa. Kita
tidak tahu mengapa seseorang memberikan respons agresif sedangkan yang lain
memberikan respons apatis terhadap situasi yang sama, tetapi tampaknya proses
belajar merupakan faktor yang penting. Reaksi terhadap frustrasi dapat
dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya. Anak-anak yang
menyerang dengan penuh kemarahan ketika mengalami frustrasi dan mengetahui
bahwa akhirnya kebutuhan mereka terpenuhi (baik melalui usaha mereka
sendiri maupun karena orang tua mereka
cepat-cepat menentramkan mereka) mungkin kelah akan menampilkan perilaku yang
sama bila motif mereka dihambat. Anak-anak yang ledakan agresifnya tidak pernah
memberikan hasil anak-anak yang tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka melalui
tindakan mereka sendiri mungkin akan bertindak apatis dan menarik diri bila
kelak dihadapkan pada situasi yang menimbulkan frustrasi.
Ketidak
berdayaan yang dipelajari. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa hewan dan orang dapat belajar menjadi tidak berdaya ketika menghadapi
situasi yang menekan. Anjing yang ditempatkan disebuah kotak yang terdiri dari
dua ruangan yang dipisahkan oleh rintangan dengan cepat belajar melompat ke
ruangan sebelah untuk menghindari kejutan listrik ringan yang dialihkan ke
kakinya melalui kisi-kisi di lantai. Bila lampu dinyalakan beberapa detik
sebelum kisi-kisi itu dialiri listrik, anjing tersebut bisa belajar menghindari
kejutan dengan melompat ke ruangan yang aman tepat pada saat isyarat diberikan.
Namun, bila anjing itu sebelumnya ditempatkan dalam situasi di mana kejutan
listrik tidak dapat dihindari dan tidak dapat dielakkan dimana tidak ada yang
dapat dilakukan binatang itu untuk menghentikan kejutan listrik, sangat sulit
bagi anjing tersebut untuk mempelajari respon menghindar. Binatang tersebut hanya
akan duduk dan menahan kejutan listrik, meskipun lompatan yang mudah ke ruang
sebelah akan menghilangkan keadaan yang tidak meyenangkan itu. Beberapa anjing
tidak pernah belajar, meskipun penelitian menunjukan cara yang tepat dengan
memindahkannya melalui rintangan itu. Anjing ini sebelumnya telah belajar bahwa
mereka tidak dapat menghindari kejutan lisrtik tersebut dan tidak mampu
mengatasi ketidakberdayaan yang dipelajari
itu (Seligman, 1975).
Subjek manusia yang
ditempatkan dalam situasi eksperimental di mana mereka tidak dapat
mengendalikan kejutan listrik atau sura keras akan menampilkan respons
penyelamatan diri yang lebih sedikit, meskipun usaha penyelamatan itu bisa
dilakukan, dibandingkan subjek yang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman
ketidakberdayaan (thornton dan Jacobs, 1971). Kenyataannya, berbagai macam
kejadian yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat ditanggulangi bisa
mengurangi kemampuan organisme untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah itu.
3) Regresi
Regresi didefinisikan
sebagai tindakan kembali ke bentuk perilaku yang tidak matang, perilaku yang
khas pada usia yang lebih muda. Dalam eksperimen dengan menggunakan mainan,
para pengamat menilai tingkat konstruksivitas permainan setiap anak, pertama
dalam situasi permainan bebas dan kemudian dalam situasi yang menimbulkan
frustrasi. Kebanyakan anak memperlihatkan penurunan konstruktivitas permainan.
Mereka lebih suka mencoret-coret dibandingkan dengan menggambar, mereka lebih
cenderung memukul roboh papan seketika daripada pura-pura menyetrika pakaian,
mereka lebih suka mempermainkan truk dan mobil mainan tanpa tujuan daripada
merencanakan perjalanan imajinatif dari mainan itu.
Kadang-kadang orang
dewasa menampilkan bentuk perilaku yang tidak matang ketika menghadapi situasi
yang menimbulkan frustrasi. Mereka memaki, berteriak, mulai berkelahi, atau
menghentikan usaha mengatasi masalah dan mencari seseorang untuk membantu memecahkan
masalah tersebut. Bila usaha memecahkan masalah itu gagal, dapat dipahami bahwa
orang akan menampilkan perilaku yang pernah memberikan hasil pada masa lampau.
Contoh yang klasik adalah seorang anak berusia 3 tahun yang berhasil menjalani
pembiasaan kebersihan dengan baik tetapi mulai menggompol lagi ketika adiknya
lahir, merasa frustrasi karena disingkirkan sebagai satu-satunya objek kasih
sayang orang tua, anak itu menampilkan
perilaku yang menarik perhatian orang tuanya pada masa lampau. Dalam keadaan
stress yang berat dan berkepanjangan, orang dewasa bisa mengalami regresi ke
arah perilaku infantil
4) Fixatie
Merupakan
suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotipi,
yaitu selalu memakai cara yang sama. Misalnya menyelesaikan kesulitannya dengan
pola membisu, membenturkan kepala dll. Semua itu dilakukan sebagai alat
pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun balas dendam.
5)
Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan
adalah usaha untuk menghilangkan atau menekan ketidaksadaran beberapa
kebutuhan, pikiran-pikiran jahat. Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar
maka terjadilah kompek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin
yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, delusi, ilusi, salah baca dll.
6)
Rasionalisme
Adalah
cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan
jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan dengan tidak menyenangkan.
Misalnya seseorang yang yang gagal melakukan tugas akan berkata bahwa tugas
tersebut terlalu berat baginya darinya karena ia masih muda.
7)
Proyeksi
Proyeksi
adalah usaha melemparkan kelemahan sikap diri yang negative pada orang lain.
8)
Teknik anggur masam
Usaha
memberikan atribut jelek pada tujuan yang tidak dapat dicapainya.
9)
Teknik jeruk manis
usaha
memberikan atribut bagus pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan
sendiri.
10)
Identifikasi
Usaha
menyamakan diri sendiri dengan orang lain.
11)
Narsisme
Perasaan
superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis
dan belebihan. Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dunia luar.
12)
Autisme
Gejala
menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi
dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan mengandung
bahaya yang mengerikan.
Kecemasan
atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Kecemasan
atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang
seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa
takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan
adanya fakta-fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan
kecemasan timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak
menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran
sendiri (praduga sbuyektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan
seseorang mengalami kecemasan.
Menurut
Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada
kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya
itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Fungsi kecemasan ialah untuk memperingatkan orang akan
datangnya bahaya; sebagai isyarat bagi das ich, bahwa apabila tidak dilakukan
tindakan – tindakan yang tepat bahaya itu akan meningkat sampai das ich
dikalahkan. Kecemasan adalah juga pendorong sepert halnya lapar dan seks;
bedanya kalau lapar dan seks itu adalah keadaan dari dalam, maka kecemasan itu
asalnya dari luar.
Kecemasan
merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di
ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek
subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak
menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan,
ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak
menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.
PENDEKATAN-PENDEKATAN
KECEMASAN :
Psikoanalitik
menyatakan bahwa sumber-sumber kecemasan adalah adanya suatu konflik bawah
sadar. Freud meyakini bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik antara
dorongan-dorongan id dan desakan-desakan ego, dan superego. Dorongan ini dapat
merupakan ancaman bagi setiap individu karena berlawanan dengan nilai-nilai
personal dan social (Atkinson, dkk, 1983 : 431-432).
Teori
perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiaskan terhadap
stimuli lingkungan spesifik. Pengertian kognitif keadaan kecemasan nonfobik
menyatakan bahwa pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif
(counterproductive) menyertai atau mendahului perilaku maladaptive dan gangguan
emosional. Subjek yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih
(overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di dalam situasi
tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate) kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman yang datang kepada kesehatan fisik dan psikologisnya.
(Herber
dan Runyon, 1984) membagi kecemasan dalam empat cara, yaitu :
Cara
kognif yaitu dapat berubah dari rasa khawatir hingga panik, preokupasi pada
bahaya yang tidak mengenakkan untuk diketahui, ketidakmampuan berkonsentrasi
dan mengambil keputusan, dan sulit tidur.
Cara
motorik yaitu sering menunjukkan gerakan-gerakan tidak beratur, gemetar,
individu sering menunjukkan beberapa perilaku seperti gelisah, melangkah
mondar-mandir, menggigit-gigiti bibir dan kuku, dan gugup.
Cara
otomatis yaitu perubahan pada sistem saraf otonom dan sering direfleksikan
dalam bentuk sesak nafas, mulut kering, tangan dan kaki jadi dingin, sering
buang air kecil, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, keringat
berlebihan, ketegangan otot dan gangguan pencernaan.
Cara
afektif yaitu seperti merasa tidak enak dan khawatir mengenai bahaya yang akan
datang.
TIPE
KECEMASAN :
Maramis
(1990) membagi kecemasan menjadi 3 bagian :
1. Kecemasan
yang mengambang (free floating anxiety), kecemasan yang menyerap dan tidak ada
hubungannya dengan suatu pemikiran.
2. Agitasi,
kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat.
3. Panik,
serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan dan kebingungan serta
hiperaktifitas yang tidak terkontrol.
(Suryabrata, 1982), membagi kecemasan
berdasarkan sumbernya :
1. Kecemasan
neurotis yang timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan
segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan
hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang
dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional
phobia).
2. Kecemasan
moral, individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa
apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar
dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman
sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan
mendapatkan hukuman lagi.
3. Kecemasan
realistis, kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar.
Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan
realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang
lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
Fungsi
kecemasan ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya; sebagai
isyarat bagi das ich, bahwa apabila tidak dilakukan tindakan – tindakan yang
tepat bahaya itu akan meningkat sampai das ich dikalahkan. Kecemasan adalah
juga pendorong sepert halnya lapar dan seks; bedanya kalau lapar dan seks itu
adalah keadaan dari dalam, maka kecemasan itu asalnya dari luar.
MEKANISME PERTAHANAN
Sebagian dari cara
individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah
dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar
ataupun tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari
kecemasan melalui pemutar balikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi
ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu
mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri
melibatkan unsur penipuan diri. Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang
paling tepat karena menyangkut semacam perelatan mekanik. Berikut ini beberapa
mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar
individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan dasyat dalam
perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut,
diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil
pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.
Represi
Represi didefinisikan
sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi
buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi
terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu
tidak akan memasuki kesadaran walaupun
masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu
dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat
terjadi di dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu
merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang
menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada
dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya
Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak
menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan, berusaha sedapat
mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada, lebih sering
mengkomunikasikan berita baik dari pada berita buruk, lebih mudah mengingat
hal-hal positif dari pada negatif.
Supresi
Supresi merupakan suatu
proses pengadilan diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar
impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga. Individu sewaktu-waktu
mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan
kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi
umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan
(represi).
Reaction Formation
(Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan
mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif
dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan
menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara
individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan
yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan
sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
Fiksasi
Dalam mengahadapi
kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang membuatnya frustrasi
dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak
sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat individu tersebut merasa tidak
sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti
untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi
pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu
contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi
mandiri. Para remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali
dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
Regresi Menarik Diri
Reksi ini merupakan
respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih
untuk tidak mengambil apapun. Biasanya respon ini disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
Mengelak
Bila individu merasa
diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung
untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan
menggunakan metode yang tidak langsung.
Denial (Menyangkal
Kenyataan)
Bila individu
menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan
maksud untuk melindung dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung
unsur penipuan diri.
Fantasi
Dengan
berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa
mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang
tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan
frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang
menemukan bahwa reaksi lamunanya itu lebih menarik dari pada kenyataan
sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam
pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat
untuk mengatasi stress, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi
strategi yang cukup membantu.
Rasionalisasi
Rasionalisasi
sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau meyembunyikan perilakunya yang
buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan
berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, yang baik adalah yang buruk.
Intelektualisasi
Apabila
individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang
seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik,
intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu
menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya
atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat
dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia
dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi
dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan
secara objektif.
Proyeksi
Individu
yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam
memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia
perhatikan itu akan cenderung dibesar besarkan. Teknik ini mungkin dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan
keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali di
pergunakan pula.
Post-Abortion Syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsekuensi emosional dan psikologis dari suatu aborsi. Ketika kita mengalami kejadian yang traumatik, tanpa kesempatan untuk memproses pengalaman emosional, dapat terjadi reaksi negatif yang tertunda. Kita hidup di tengah masyarakat yang menghiraukan konsekuensi menyakitkan dari suatu aborsi. Perempuan dan lelaki yang mengalami aborsi, seharusnya berbicara dan memproses secara normal rasa takut, malu, cemas, sedih dan rasa bersalah yang biasanya muncul setelah terjadi aborsi. Ketika emosi-emosi itu di sangkal dan dikubur, biasanya mereka akan muncul kembali di waktu-waktu yang tidak terduga.
Untuk menutupi rasa sakit secara emosional, para perempuan biasanya akan membangun sebuah mekanisme pertahanan diri untuk mebenarkan keputusannya. Secara sepintas mekanisme ini “mampu” memecahkan permasalah (sementara waktu) akan tetapi pada hakekatnya justru semakin mempersulit keadaan dan menambah permasalahan tersebut dengan menjadikannya lebih kompleks.
Dr.Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual “ menyebutkan bahwa mekanisme pertahanan diri atau self defend mechanisme adalah salah satu bentuk reaksi negative terhadap frustasi. Frustasi adalah situasi dimana satu kebutuhan atau tujuan tidak terpenuhi. Ketika seseorang gagal mencapai keinginannya dan tidak dapat memberi respon yang tepat terhadap kondisinya maka dikatakan bahwa orang tersebut mengalami frustasi. Ketika mengalami frustasi seseorang dapat memiliki pilihan untuk melakukan respon positif atau negative. Respon positif biasanya dilakukan dengan adanya perenungan yang mendalam, perubahan mobilisasi dan aktivitas, tawakal, atau kemudian mensubstitusi tujuannya tersebut.
Post-Abortion Syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsekuensi emosional dan psikologis dari suatu aborsi. Ketika kita mengalami kejadian yang traumatik, tanpa kesempatan untuk memproses pengalaman emosional, dapat terjadi reaksi negatif yang tertunda. Kita hidup di tengah masyarakat yang menghiraukan konsekuensi menyakitkan dari suatu aborsi. Perempuan dan lelaki yang mengalami aborsi, seharusnya berbicara dan memproses secara normal rasa takut, malu, cemas, sedih dan rasa bersalah yang biasanya muncul setelah terjadi aborsi. Ketika emosi-emosi itu di sangkal dan dikubur, biasanya mereka akan muncul kembali di waktu-waktu yang tidak terduga.
Untuk menutupi rasa sakit secara emosional, para perempuan biasanya akan membangun sebuah mekanisme pertahanan diri untuk mebenarkan keputusannya. Secara sepintas mekanisme ini “mampu” memecahkan permasalah (sementara waktu) akan tetapi pada hakekatnya justru semakin mempersulit keadaan dan menambah permasalahan tersebut dengan menjadikannya lebih kompleks.
Dr.Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual “ menyebutkan bahwa mekanisme pertahanan diri atau self defend mechanisme adalah salah satu bentuk reaksi negative terhadap frustasi. Frustasi adalah situasi dimana satu kebutuhan atau tujuan tidak terpenuhi. Ketika seseorang gagal mencapai keinginannya dan tidak dapat memberi respon yang tepat terhadap kondisinya maka dikatakan bahwa orang tersebut mengalami frustasi. Ketika mengalami frustasi seseorang dapat memiliki pilihan untuk melakukan respon positif atau negative. Respon positif biasanya dilakukan dengan adanya perenungan yang mendalam, perubahan mobilisasi dan aktivitas, tawakal, atau kemudian mensubstitusi tujuannya tersebut.
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme
pertahanan ego adalah strategi psikologis yang
dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan
dengan kenyataan dan mempertahankan
citra-diri. Orang yang sehat biasa
menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme
tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat
seseorang berperilaku maladaptive/tidak mampu beradaptasi dengan baik, sehingga
kesehatan fisik dan /
atau mental orang itu turut terpengaruh. Kegunaan mekanisme
pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan,
sanksi sosial atau
untuk menjadi tempat “mengungsi” dari situasi yang tidak sanggup untuk
dihadapi.
Mekanisme pertahanan dilakukan oleh
ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut
psikoanalisis Freud selain id, dan super
ego. Mekanisme
tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama
lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam
super ego, atau bila dirasakan ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.
Faktor penyebab perlunya dilakukan
mekanisme pertahanan adalah rasa kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat
seseorang merasa sangat terganggu, maka ego menganggap perlu menerapkan
mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.
Rasa bersalah dan malu sering
menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan
fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak
defensive/mempertahankan diri terhadap apa yang dianggap membahayakan nya.
Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke
dalam bentuk yang
bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.
Di beberapa aliran psikologi (terutama dalam teori
psikodinamik), psikolog berbicara tentang “mekanisme pertahanan”, atau perilaku
di mana kita berperilaku atau berpikir dengan cara tertentu untuk lebih
melindungi atau “membela” diri kita sendiri. Mekanisme pertahanan adalah
salah satu cara melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran
penuh yg tidak menyenangkan perasaan dan perilaku.
Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari – yang
berarti sebagian besar dari kita tidak menyadari kita sedang menggunakan mereka
pada saat itu. Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu seseorang menjadi
lebih menyadari mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang gunakan, seberapa
efektif hal itu dan bagaimana menggunakan mekanisme yang lebih efektif untuk
masa yang akan dating (dikemudian hari).
Mekanisme Primitif:
1. Penyangkalan adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa, pikiran atau perasaan yang menyakitkan tidak ada. Hal ini dianggap salah satu yang paling primitif dari mekanisme pertahanan karena merupakan karakteristik dari perkembangan anak usia dini. Banyak orang menggunakan penyangkalan dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk menghindari berurusan dengan perasaan menyakitkan atau bidang kehidupan mereka, mereka tidak ingin mengakuinya. Misalnya, seseorang yang mengkonsumsi minuman beralkohol akan sering menyangkal bahwa mereka memiliki masalah minum minuman keras, mereka berusaha menjelaskan seberapa baik mereka tetap dapat berfungsi dalam pekerjaan atau hubungan-hubungan social mereka.
2. Regresi adalah bersikap kembali ke tahap-tahap lebih awal dari usia perkembangan ketika menghadapi pikiran-pikiran atau impuls yang tidak dapat diterima. Sebagai contoh seorang remaja yang kewalahan dengan rasa takut, kemarahan dan impuls seksual yang sedang tumbuh mungkin menjadi selalu ingin diperhatikan dan mulai menunjukkan perilaku seperti masa kanak-kanak sebelumnya yang sebenarnya telah lama ia lalui, seperti misalnya kembali mengompol.
3. Bertindak Out adalah melakukan perilaku yang ekstrim dalam rangka untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan cara mengungkapkan yang sebaliknya. Alih-alih mengatakan, “Saya marah dengan Anda,” orang yang bertindak keluar mungkin melemparkan buku kepada seseorang, atau merusak sebuah dinding. Ketika seseorang mengeluarkan emosinya kepada objek lain, hal tersebut berguna untuk mengurangi tekanan yang dirasakan sehingga sering membantu individu merasa lebih tenang dan damai sekali lagi. Misalnya, marah-marah anak adalah bentuk bertindak ketika dia tidak mendapatkan keinginan nya dari orang tua. Mencederai diri juga dapat menjadi bentuk bertindak keluar, mengekspresikan emosi dengan menimbulkan rasa sakit fisik.
1. Penyangkalan adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa, pikiran atau perasaan yang menyakitkan tidak ada. Hal ini dianggap salah satu yang paling primitif dari mekanisme pertahanan karena merupakan karakteristik dari perkembangan anak usia dini. Banyak orang menggunakan penyangkalan dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk menghindari berurusan dengan perasaan menyakitkan atau bidang kehidupan mereka, mereka tidak ingin mengakuinya. Misalnya, seseorang yang mengkonsumsi minuman beralkohol akan sering menyangkal bahwa mereka memiliki masalah minum minuman keras, mereka berusaha menjelaskan seberapa baik mereka tetap dapat berfungsi dalam pekerjaan atau hubungan-hubungan social mereka.
2. Regresi adalah bersikap kembali ke tahap-tahap lebih awal dari usia perkembangan ketika menghadapi pikiran-pikiran atau impuls yang tidak dapat diterima. Sebagai contoh seorang remaja yang kewalahan dengan rasa takut, kemarahan dan impuls seksual yang sedang tumbuh mungkin menjadi selalu ingin diperhatikan dan mulai menunjukkan perilaku seperti masa kanak-kanak sebelumnya yang sebenarnya telah lama ia lalui, seperti misalnya kembali mengompol.
3. Bertindak Out adalah melakukan perilaku yang ekstrim dalam rangka untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan cara mengungkapkan yang sebaliknya. Alih-alih mengatakan, “Saya marah dengan Anda,” orang yang bertindak keluar mungkin melemparkan buku kepada seseorang, atau merusak sebuah dinding. Ketika seseorang mengeluarkan emosinya kepada objek lain, hal tersebut berguna untuk mengurangi tekanan yang dirasakan sehingga sering membantu individu merasa lebih tenang dan damai sekali lagi. Misalnya, marah-marah anak adalah bentuk bertindak ketika dia tidak mendapatkan keinginan nya dari orang tua. Mencederai diri juga dapat menjadi bentuk bertindak keluar, mengekspresikan emosi dengan menimbulkan rasa sakit fisik.
4. Disosiasi adalah
mekanisme pertahanan diri dimana ketika seseorang merasa kehilangan jejak waktu
dan / atau orang dan malah menemukan keberadaan diri mereka dalam kondisi yang
lain. Orang yang memiliki pengalaman buruk/traumatis pada masa kanak-kanak
sering menderita beberapa bentuk disosiasi. Dalam kasus yang ekstrim,
disosiasi dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka memiliki beberapa
diri yang berbeda (“kepribadian ganda”). Orang yang menggunakan disosiasi
sering memiliki pandangan yang dalam saat-saat tertentu terputus dari
diri keberadaan diri mereka sendiri. Dengan cara ini, seseorang
yang terdisosiasi dapat “memutuskan diri” dari dunia nyata untuk sementara
waktu, dan hidup dalam dunia yang berbeda/kepribadian yang berbeda yang tidak
penuh dengan pikiran, perasaan, kondisi yang dirasa menekan dalam kondisi nyata
mereka.
5. Kompartementalisasi adalah bentuk disosiasi yang lebih rendah, di mana bagian dari diri terpisah dari kesadaran bagian lain dan berperilaku seolah-olah memiliki kepribadian yang terpisah dari nilai-nilai asli mereka. Sebuah contoh misalnya orang jujur yang menipu pada pengembalian pajak pendapatan mereka dan terus menjaga dualisme sistem nilai mereka yang berbeda dan tidak-terpadu namun tetap sadar dari ketidakcocokan pola pikir mereka.
5. Kompartementalisasi adalah bentuk disosiasi yang lebih rendah, di mana bagian dari diri terpisah dari kesadaran bagian lain dan berperilaku seolah-olah memiliki kepribadian yang terpisah dari nilai-nilai asli mereka. Sebuah contoh misalnya orang jujur yang menipu pada pengembalian pajak pendapatan mereka dan terus menjaga dualisme sistem nilai mereka yang berbeda dan tidak-terpadu namun tetap sadar dari ketidakcocokan pola pikir mereka.
6. Proyeksi adalah
mengalihkan pikiran yang tidak diinginkan dengan melakukan suatu tindakan/sikap
yang dirasionalisasikan. Proyeksi digunakan terutama ketika seseorang
tidak dapat mengekspresikan pikiran / perasaan nya kepada objek seharusnya
sebab mereka merasa benar-benar tidak nyaman dengan hal itu. Misalnya, seorang
yang marah kepada pasangan nya, daripada mengatakan aku benci dia, maka dia
akan mengatakan bahwa pasangan nya yang membenci dia (dibalik).
7. Formasi Reaksi adalah
mengubah pikiran yang tidak diinginkan atau berbahaya, perasaan atau impuls ke
lawan mereka. Misalnya, seorang wanita yang sangat marah dengan bosnya dan
ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai gantinya mungkin justru akan menjadi
begitu baik dan murah hati terhadap atasannya dan menyatakan keinginan untuk
tetap bekerja di sana selamanya. Dia tidak mampu mengekspresikan emosi
negatif dari kemarahan dan ketidakbahagiaan dengan pekerjaan nya.
Mekanisme Kurang
Primitif:
8. Represi adalah memblokir pikiran sadar, perasaan dan impuls yang dirasakan tidak dapat diterima. Kunci untuk represi adalah bahwa orang melakukannya diluar kesadaran normal, sehingga mereka sering memiliki kontrol yang sangat sedikit di atasnya. “Kenangan yang direpresi” adalah kenangan yang telah diblokir. Tetapi memori sangat mudah dibentuk dan selalu berubah, tidak seperti memutar sebuah DVD dari hidup Anda. DVD orang yang melakukan represi seakan-akan telah “disaring” dan bahkan diubah oleh pengalaman hidup Anda.
8. Represi adalah memblokir pikiran sadar, perasaan dan impuls yang dirasakan tidak dapat diterima. Kunci untuk represi adalah bahwa orang melakukannya diluar kesadaran normal, sehingga mereka sering memiliki kontrol yang sangat sedikit di atasnya. “Kenangan yang direpresi” adalah kenangan yang telah diblokir. Tetapi memori sangat mudah dibentuk dan selalu berubah, tidak seperti memutar sebuah DVD dari hidup Anda. DVD orang yang melakukan represi seakan-akan telah “disaring” dan bahkan diubah oleh pengalaman hidup Anda.
9. Pemindahan adalah
mengarahkan perasaan pikiran dan impuls diarahkan pada satu orang atau objek,
tetapi dibawa keluar pada orang lain atau objek lain. Orang sering
menggunakan pemindahan ketika mereka tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka
dengan cara yang aman untuk orang yang seharusnya. Contoh klasik adalah
orang yang marah pada bosnya, tetapi tidak dapat mengungkapkan kemarahannya
kepada atasannya karena takut dipecat. Ia justru pulang dan tendangan
anjing atau mulai bertengkar dengan istrinya. Pria itu adalah dengan
mengarahkan kemarahannya dari bosnya untuk anjingnya atau istri. Tentu,
ini adalah mekanisme pertahanan yang cukup efektif, karena sementara kemarahan
menemukan jalan untuk disalurkan, namun biasanya akan merugikan pihak lain yang
sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan masalah yang dihadapi.
10. Intelektualisasi adalah penekanan yang berlebihan pada pemikiran ketika dihadapkan dengan dorongan yang tidak dapat diterima, situasi atau perilaku apapun tanpa menggunakan emosi apapun untuk membantu memediasi dan menempatkan pikiran ke dalam konteks sebenarnya dari perasaan manusia. Daripada berurusan dengan emosi terkait yang dirasakan menyakitkan, seseorang mungkin menggunakan intelektualisasi untuk menjauhkan diri dari dorongan perasaan itu akibat kejadian atau perilaku tertentu yangterjadi. Misalnya, seseorang yang baru saja diberi diagnosis medis terminal (sakit parah), bukannya mengungkapkan kesedihan mereka dan berduka secara normal, malahan berfokus pada rincian semua prosedur medis yang mungkin sebenarnya sia-sia.
10. Intelektualisasi adalah penekanan yang berlebihan pada pemikiran ketika dihadapkan dengan dorongan yang tidak dapat diterima, situasi atau perilaku apapun tanpa menggunakan emosi apapun untuk membantu memediasi dan menempatkan pikiran ke dalam konteks sebenarnya dari perasaan manusia. Daripada berurusan dengan emosi terkait yang dirasakan menyakitkan, seseorang mungkin menggunakan intelektualisasi untuk menjauhkan diri dari dorongan perasaan itu akibat kejadian atau perilaku tertentu yangterjadi. Misalnya, seseorang yang baru saja diberi diagnosis medis terminal (sakit parah), bukannya mengungkapkan kesedihan mereka dan berduka secara normal, malahan berfokus pada rincian semua prosedur medis yang mungkin sebenarnya sia-sia.
11. Rasionalisasi adalah
meletakkan sesuatu ke dalam kondisi yang berbeda atau menawarkan penjelasan
yang berbeda untuk persepsi seseorang atau perilaku dalam menghadapi suatu
realitas yang berubah. Misalnya, seorang wanita yang mulai berkencan
dengan seorang pria, dia benar-benar menyukai pria itu namun dlm perasaan cemas
nya, ia malah berpikir tiba-tiba akan dibuang oleh pria tanpa alas an
jelas. Dia membingkai ulang situasi di pikirannya dengan “curiga” yang
tidak perlu. Rasionalisasi adalah menipu diri sendiri dengan mengubah pikiran
buruk menjadi baik ataupun sebaliknya, biasanya untuk tujuan melindungi diri
nya sendiri dari peruatan/pikiran buruknya.
12. Membatalkan adalah
usaha untuk kembali mengambil perilaku sadar atau pemikiran wajar setelah
memikirkan/melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima atau
menyakitkan. Misalnya, setelah menyadari bahwa Anda telah menghina
seseorang, Anda merasa perlu menghabiskan waktu-waktu berikutnya dengan
misalkan memuji keindahan, pesona dan kecerdasan orang itu. Dengan
“melepas” aksi sebelumnya, orang itu mencoba untuk mengganti kerusakan yang
dilakukan oleh komentar asli dan berharap dia akan mampu menyeimbangkan kedua
komentar itu.
Mekanisme Pertahanan Dewasa
Seringkali jenis mekanisme inilah yang paling
konstruktif dan bermanfaat untuk kebanyakan orang dewasa, tetapi mungkin
membutuhkan latihan dan usaha untuk dipraktikan dalam penggunaan
sehari-hari. Sementara mekanisme pertahanan primitif berbuat banyak untuk
mencoba dan menyelesaikan masalah mendasar atau masalah, pertahanan dewasa
lebih fokus pada membantu orang yang menjadi komponen yang lebih konstruktif
lingkungan mereka. Orang dengan pertahanan yang lebih dewasa cenderung
lebih damai dengan diri mereka sendiri maupun orang lain yang berinteraksi
dengan mereka.
13. Sublimasi hanyalah
penyaluran impuls yang tidak dapat diterima, pikiran dan emosi ke dalam
pikiran, emosi dan impuls yang lebih dapat diterima. Misalnya, ketika
seseorang memiliki impuls seksual yang mereka ingin untuk ditahan, mereka malah
dapat memfokuskan energi itu untuk berolah raga. Sublimasi juga dapat
dilakukan dengan humor atau fantasi. Humor, bila digunakan sebagai
mekanisme pertahanan, adalah penyaluran impuls atau pikiran yang tidak dapat
diterima menjadi sebuah cerita yang ringan-hati atau lelucon. Humor
mengurangi intensitas dari suatu situasi, dan tempat untuk mentertawakan baik
orang maupun impuls tersebut. Fantasi, bila digunakan sebagai mekanisme
pertahanan, adalah penyaluran hasrat yang tidak dapat diterima atau tercapai ke
dalam imajinasi. Misalnya, kita membayangkan tujuan akhir kesuksesan karir
dapat membantu ketika mengalami salah satu pengalaman buruk misalnya kemunduran
sementara di prestasi akademik. Keduanya dapat membantu seseorang melihat
pada situasi dengan cara yang berbeda, atau fokus pada aspek-aspek dari situasi
yang sebelumnya mungkin belum di ekplorasi.
14. Kompensasi adalah
proses psikologis dengan cara menyeimbangkan kelemahan dirasakan dengan
menekankan kekuatan di arena lainnya. Dengan menekankan dan berfokus pada
kekuatan seseorang, seseorang mengakui mereka tidak bisa menjadi kuat di segala
hal dan di semua bidang dalam hidup mereka. Misalnya, ketika seseorang
mengatakan, “Saya mungkin tidak tahu cara memasak, tapi saya yakin bisa mencuci
piring,” mereka berusaha untuk mengkompensasi kurangnya keterampilan memasak
dengan menekankan keterampilan mereka membersihkan gantinya. Ketika
dilakukan dengan tepat dan tidak dalam upaya untuk selama-kompensasi,
kompensasi adalah mekanisme pertahanan yang membantu memperkuat citra diri.
STRESS
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu
dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stresss adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani
itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stress tidak selalu buruk,
walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stress memiliki nilai
positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil Sebagai
contoh, banyak profesional memandang tekanan
berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang
menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka..
Stress bisa positif dan bisa
negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stress tantangan, atau stress yang
menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stress
hambatan, atau stress yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stress
tantangan dan stress hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa
stress tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stress hambatan.
SUMBER-SUMBER POTENSI STRESS
Faktor Lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur
sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stress para karyawan
dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap
kelangsungan pekerjaannya.
Faktor Organisasi
Banyak
faktor di dalam organisasi
yang dapat menyebabkan stress. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau
menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini
menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain
pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai
contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang
selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stress.
Tuntutan
peran berkaitan dengan tekanan yang
diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya
dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi
yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan
antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan
dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stress,
terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor Pribadi
Faktor-faktor
pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga
dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang
menciptakan stress.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih
besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stress
bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi
yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stress yang dilaporkan sebelum memulai
pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stress yang
dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada
kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren
untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika
kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi
stress adalah sifat dasar seseorang, Artinya, gejala stress yang diekspresikan
pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian
orang itu.
Akibat Stress
Merokok berkaitan dengan gejala stress
Stress
menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang
sedang stress berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit
membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap
kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stress dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori umum: gejala fisiologis,
gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh
gejala stress biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang
menyimpulkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan
memicu serangan jantung.
Stress
yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan
pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis
sederhana tetapi paling nyata dari stress. Namun stress juga
muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan,
kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala
stress yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat
produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan
dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol,
bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stress-kinerja. Pola yang paling banyak dipelajari dalam
literatur stress-kinerja adalah hubungan U-terbalik. Logika yang mendasarinya
adalah bahwa tingkat stress rendah sampai menengah merangsang tubuh dan
meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola U-terbalik ini menggambarkan
reaksi terhadap stress dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam
intensitas stress.
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH STRESS
Berikut ini
adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh stress
1.
Sakit
kepala serta migrain
Daya tahan tubuh bisa menurun karena stress lalu memicu migrain menurut Todd Schwedt, MD, direktur pusat sakit kepala di Washington University. Untuk menghindarinya, pastikan pola makan dan tidur dalam sepekan selalu terjaga.
Daya tahan tubuh bisa menurun karena stress lalu memicu migrain menurut Todd Schwedt, MD, direktur pusat sakit kepala di Washington University. Untuk menghindarinya, pastikan pola makan dan tidur dalam sepekan selalu terjaga.
2. Kram
yang sangat sakit
Ketidakseimbangan hormon saat stress bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stress, risiko mengalami kram 2 kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi. Olahraga secara teratur dapat mencegahnya.
Ketidakseimbangan hormon saat stress bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stress, risiko mengalami kram 2 kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi. Olahraga secara teratur dapat mencegahnya.
3. Sakit di sekitar mulut
Rahang terasa nyeri merupakan tanda bahwa stress tengah melanda. Tanpa disadari, gigi atas dan bawah saling menggeretak saat stress dan memicu tekanan berlebih di pelipis. Gejala ini bisa dicegah dengan memasang pelindung di antara kedua gigi saat tidur malam.
Rahang terasa nyeri merupakan tanda bahwa stress tengah melanda. Tanpa disadari, gigi atas dan bawah saling menggeretak saat stress dan memicu tekanan berlebih di pelipis. Gejala ini bisa dicegah dengan memasang pelindung di antara kedua gigi saat tidur malam.
4. Jarang bermimpi saat tidur
Mimpi terbentuk secara bertahap, sehingga butuh kondisi tidur nyenyak. Ini sulit terjadi saat sedang stress, sebab tidurnya menjadi tidak nyenyak. Jika sering terjaga tengah malam, maka proses terbentuknya mimpi akan terganggu.
Mimpi terbentuk secara bertahap, sehingga butuh kondisi tidur nyenyak. Ini sulit terjadi saat sedang stress, sebab tidurnya menjadi tidak nyenyak. Jika sering terjaga tengah malam, maka proses terbentuknya mimpi akan terganggu.
5.
Gusi berdarah
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stress meningkatkan risiko
penyakit periodontal (gigi dan mulut) pada seseorang. Meningkatnya hormon
kortisol saat stress akan melemahkan sistem imun, dan memudahkan infeksi
bakteri ke dalam gusi.
6.
Jerawat dimana-mana
Profesor dermatologi dari Wake Forest University, Gil Yosipovitch, MD mengungkap bahwa stress meningkatkan risiko inflamasi termasuk di wajah. Untuk mencegah dan mengobati timbulnya jerawat bisa dilakukan dengan pengobatan jerawat dengan obat alami.
Profesor dermatologi dari Wake Forest University, Gil Yosipovitch, MD mengungkap bahwa stress meningkatkan risiko inflamasi termasuk di wajah. Untuk mencegah dan mengobati timbulnya jerawat bisa dilakukan dengan pengobatan jerawat dengan obat alami.
7.
Ingin makan yang
manis-manis
Jika wanita menjadi ingin makan cokelat saat akan menstruasi, ini bukan disebabkan hormon progesteron. Penelitian di University of Pennsylvania membuktikan, saat menopause sekalipun wanita tetap mengalami gejala itu. Penelitian tersebut mengungkap, sesungguhnya penyebab ingin makan yang manis-manis adalah stress.
Jika wanita menjadi ingin makan cokelat saat akan menstruasi, ini bukan disebabkan hormon progesteron. Penelitian di University of Pennsylvania membuktikan, saat menopause sekalipun wanita tetap mengalami gejala itu. Penelitian tersebut mengungkap, sesungguhnya penyebab ingin makan yang manis-manis adalah stress.
8.
Kulit gatal-gatal
Sebuah penelitian di Jepang mengungkap, orang yang mengalami pruritis (penyakit kulit yang dicirikan oleh gatal-gatal kronis) 2 kali tebih rentan mengalami stress. Namun penelitian tersebut juga mengungkap hal yang sebaliknya, bahwa stress itu sendiri juga bisa mengaktifkan sejumlah serabut syaraf yang memicu sensasi gatal.
Sebuah penelitian di Jepang mengungkap, orang yang mengalami pruritis (penyakit kulit yang dicirikan oleh gatal-gatal kronis) 2 kali tebih rentan mengalami stress. Namun penelitian tersebut juga mengungkap hal yang sebaliknya, bahwa stress itu sendiri juga bisa mengaktifkan sejumlah serabut syaraf yang memicu sensasi gatal.
9.
Alergi yang lebih parah
dari biasanya
Menurut sebuah penelitian di Ohio State University tahun 2008, pikiran gelisah dan tidak tenang dapat memperparah kondisi pada penderita alergi. Hormon stress diyakini memicu produksi imunoglobulin E (IgE), yakni protein dalam darah yang menyebabkan reaksi alergi.
Menurut sebuah penelitian di Ohio State University tahun 2008, pikiran gelisah dan tidak tenang dapat memperparah kondisi pada penderita alergi. Hormon stress diyakini memicu produksi imunoglobulin E (IgE), yakni protein dalam darah yang menyebabkan reaksi alergi.
10. Mendadak sakit perut
Pada orang stress, risiko mengalami sakit perut meningkat 3 kali lipat dibandingkan saat rileks. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak dan usus saling terhubung. Ketika syaraf otak bereaksi terhadap stress, syaraf di usus menangkap sinyal yang sama dan memberikan respon tertentu misalnya rasa mual.
Pada orang stress, risiko mengalami sakit perut meningkat 3 kali lipat dibandingkan saat rileks. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak dan usus saling terhubung. Ketika syaraf otak bereaksi terhadap stress, syaraf di usus menangkap sinyal yang sama dan memberikan respon tertentu misalnya rasa mual.
KESIMPULAN
Frusrtasi
muncul kearah tujuan terhalang atau tertunda. Halanagan halangan lingkungan,
pembatasan kemasyarakatan, dan keterbatasan perorangan semuanya menimbulkan
frustrasi, tapi salah satu dari sumber utama frustrasi adalah konflik-konflik
yang bersifat motivasi. Beberapa reaksi segera terhadap frustrasi antara lain berbentuk agresi (baik langsung
atau berbentuk lain), apati (yang terungkap dalam bentuk ketakberdayaan yang
diperoleh) dan regresi. Orang-orang
sangat berbeda-beda dalam perilakunya bila tujuannya terhalang. Frustrasi dan
bentuk-bentuk lain stres menimbulkan kecemasan. Kecemasan atau anxiety adalah
suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa
ada penyebab yang jelas.
Sebagian
dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun
konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan
secara sadar ataupun tidak. Mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan
diri. mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian
besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan dasyat
dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Sumber-sumber potensi stress
disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor pribadi, lingkungan, serta
organisasi. Stress yang berlebihan dan berkepanjangan akan mengakibatkan
gangguan fisik seperti bisul, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani,
Tristiadi Ardi dkk.2007. Psikologi Klinis. Graha ilmu: Yogyakarta
Fauzi,
Ahmad. 2008. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung
Atkinson,
Rita L dkk. 1983. Pengantar Psikologi.
Erlangga: Jakarta
www.adamsains.co.cc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar