Selasa, 07 Januari 2014

Konflik Dan Stress

    KONFLIK DAN STRESS            

            PEMBAHASAN

FRUSTRASI

Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai.
Frustasi ini pun terjadi juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.
Frustasi memiliki dua sisi.
1. Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Pada contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat marah oleh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul adalah kesal, marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.
Akibat dari frustasi bisa memunculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut psikosomatis.
SUMBER-SUMBER FRUSTASI
·       Charles N. Cofer dalam Slamet Santoso (2010:123)
Sumber-sember penyebab frustasi adalah:
1. Physical barrier, yakni semua sumber penyebab frustasi yang berasal dari keadaan fisik seperti tinggi badan, kaki pendek sebelah, dan sebagainya.
2. Personal deficiencies, yakni semua sumber frustasi yang berasal dari kekurangan pribadi seperti : kurang pandai, rendah diri, pendiam, dan sebagainya.
3. Uncooperative social arrangement, yakni sumber frustasi yang berasal dari kekurangan kerja sama pengaturan sosial, seperti kurang berinteraksi sosial, menyendiri, ragu-ragu, dan sebagainya.
·       David Kretch dan Richard S. Crutchfield dalam Slamet Santoso (2010:123)
Mereka mengungkapkan bahwa penyebab frustasi adalah :
1. The physical environmental, yakni sumber-sumber yang berasal dari lingkungan fisik seperti orang haus di padang pasir dan tidak ada air, menyebabkan frustasi.
2. The biological limitation, yakni sumber penyebab frustasi yang berasal dari keterbatasan biologis individu sendiri, misal orang yang timpang kakinya tidak dapat menjadi pelari cepat.
3. Psychological complexity, yaitu suatu sumber penyebab frustasi yang berasal dari suasana psikologis dalam diri individu yang kompleks dan mungkin bertentangan akibat ketidaksesuaian lingkungan psikologis dengan kebutuhan dan tuntutan. Misal seorang individu ingin membeli buku, tetapi pada saat bersamaan ibunya menyuruh mengantarkan adiknya dan menunggui saat si adiknya belajar renang.
4. The social environmental, yakni sumber penyebab frustasi berasal dari lingkungan yang menyebabkan individu mengalami frustasi dalam bertingkah laku sosial, seperti adanya norma-norma sosial. Misal Andi yang diumpat teman-temannya karena ia memberi dengan tangan kiri pada temannya. Dalam hal ini pada masyarakat berlaku tabu memberi dengan tangan kiri.
·      Tristiadi (2007:37) menyatakan bahwa Ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti:
1. Hambatan Fisik: kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
2. Hambatan Sosial: kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan yang tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut mempersempit kesempatan individu untuk merai kehidupan yang layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.
3. Hambatan Pribadi: keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stress pada individu.
·      Singgih Gunarsa (2003:102) menyatakan bahwa sumber yang menyebabkan terjadinya Frustasi:
1. Diri Pribadi Sendiri
Frustasi terjadi karena kelemahan, ketidak mampuan, atau cacat yang terjadi dalam diri sendiri. Misalnya seorang yang ingin menjadi dokter gigi, tapi gagal karena ia buta warna.
2. Lingkungan Alam (Fisik)
Misalnya ingin menyebrangi sungai tidak bisa karena terlalu dalam dan arusnya deras sekali. Ingin datang ke sekolah tepat waktu tidak bisa karena ban sepedanya bocor.
3. Keadaan Objeknya sendiri
Tujuan (objek) itu tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Misalnya ingin membeli kain, kain sudah dibeli tetapi ternyata luntur.
4. Adanya Konflik
Frustasi disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang. Dengan adanya motif yang saling bertentangan, maka pemuasan dari salah satu motif akan menyebabkan frustasi bagi motif lain. Frustasi konflik ini dapat timbul dari tiga maca konflik yang berbeda:
a. Konflik mendekat-mendekat
Yaitu individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan yang sama-sama mempunya nilai positive, dimana individu harus memilih satu dari beberapa pilihan.
b. Konflik mendekat-menjauh
Dimana objek yang menjadi tujuan mempunyai nilai positive dan negative sekaligus.
c. Konflik mendekat-menjauh
Yaitu individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mempunyai nilai negative dan sama-sama harus dihindari.
AKIBAT FRUSTASI
Frustasi dapat menimbulkan beberapa akibat, antara lain: (Singgih Gunarsa)
1) Frustasi dapat menimbulkan lingkaran setan (circules viciousus) antara rasa cemas (axienty) dan agresifitas. Karena axienty maka tibul impuls-impuls agresifitas dan dalam keadaan agresifitas biasanya tujuan lebih sukar dicapai, sehingga terjadi frustasi yang lebih besar lagi.
2) Gejala Psikosomatis, gejala psikis yang ada hubungannya dengan tubuh.
3) Kekakuan dan Kebodohan
Tingkah laku kkau adalah tingkah laku yang yang sangat terikat, yang tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang lain sehingga bagaimanapun ia berusaha tidak akan ditemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Orang akan tampak seperti bodoh.
Ciri Orang Frustasi, antara lain:
1. Mengeluh dan menyesali
2. Jiwa bisa tertekan karena banyaknya pikiran
3. Merasa hidupnya tak berarti lagi mungkin merasa kurang diperhatikan sehingga cenderung mencoba bunuh diri.
Penyebab Frustasi:
1. Kehilangan ditinggal mati kekasih
ataupun diputuskan
2. kehilangan salah satu dari sanak keluarga
3. Kehilangan barang yang disayanginya
Solusinya:
1. Kesadaran diri perlu diterapkan buat menerima kenyataan yang dialami
2. Kemauan berubah dengan tekad kuat biar situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya
3. Diperhatikan dan diberikan bimbingan dalam mengubah pola pikir.
Cara mencegah frustasi:
1. Dalam menyikapi suatu masalah harus dengan mengkontrol emosi.
2. Berusaha bersikap sabar.
3. Yakin bahwa suatu masalah nantinya akan ada jalan keluarnya.

BERBAGAI REAKSI TERHADAP FRUSTRASI
Frusrtasi tidak peduli apakah itu disebabkan oleh hambatan lingkungan, keterbatasan pribadi, atau konflik dapat menimbulkan beberapa akibat yang mungkin. Suatu eksperimen klasik yang dilakukan terhadap sejumlah anak kecil menggambarkan beberapa reaksi terhadap frustrasi (Barker, Dembo, dan Lewis, 1941). Eksperimen itu akan diberikan sedemikian rupa sehingga seakan-akan kita sedang mengamatinya.

Reaksi-reaksi Frustasi yang Sifatnya Positive: (Tristiadi, 2007)
1) Mobilitas dan penambahan aktivitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan, keberanian untuk mengatasi segala kesulitan.
2) Besinnung (berfikir secara mendalam disertai dengan wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3) Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah. Semua ini bisa dilakukan jika mulai belajar menggunakan pola yang positif dalam menangulangi setiap kesulitan sejak masih berusia sangat muda.
4) Membuat dinamika nyata suatu hubungan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5) Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang dibidang lainnya. Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan tidak mengenal kata menyerah.
6) Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi social yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat. Misalnya nafsu seks dialihkan ke olahraga.

Reaksi Frustasi yang Sifatnya Negative: (Tristiadi: 2007)
1)   Agresi
Dalam situasi frustrasi, biasanya anak tampak gelisah dan tidak senang, mereka menggerutu, resah, dan mengeluh. Dan beberapa diantara mereka mengungkapkan perasaan marah, mereka menendang dan memukul mainan, bahkan seringkali merusaknya. Kadang-kadang agresi di ekspresikan secara langsung terhadap orang atau benda yang menjadi sumber frustrasi. Beberapa anak menerjang rintangan kawat, mencoba menggeser atau merusaknya. Agresi semacam ini tidak selalu bersifat permusuhan. Tindakan ini mungkin merupakan cara pemecahan masalah yang dipelajari. Bila seorang anak merebut mainan dari anak lainnya anak yang kedua akan menyerang anak yang pertama dalam usaha memperoleh kembali mainan tersebut. Orang dewasa biasanya mengekspresikan agresinya secara verbal dan tidak secara fisik, mereka lebih cenderung saling menghina dari pada saling memukul. Meskipun rasa marah yang timbul karena frustrasi bisa mendorong individu untuk menyerang penghambat, tidak peduli apakah itu makhluk hidup atau benda mati, agresi langsung tidak selalu dapat dilakukan.

Agresi yang dialihkan (Displaced Aggression) dalam banyak hal, orang yang mengalami frustrasi tidak dapat mengekspresikan agresi terhadap sumber frusrtasi. Kadang-kadang sumber tersebut tidak jelas. Orang itu tidak tahu apa yang akan diserang tetapi dia merasa marah dan mencari sesuatu untuk diserang. Kadang-kadang orang menyebabkan frustrasi tersebut terlalu kuat sehingga serangan terhadap orang itu akan menimbulkan bahaya. Bila situasi menghambat serangan langsung terhadap penyebab frustrasi, agresi akan dialihkan-tindakan agresif akan diarahkan pada orang atau objek yang tidak bersalah dan tidak pada penyebab frustrasi yang sebenarnya. Orang yang tidak mendapat teguran di tempat kerja mungkin akan melampiaskan rasa marahnya yang terpendam kepada keluarganya.
Prasangka terhadap kelompok minoritas sering mengandung unsur pengalihan agresi, atau pengambinghitaman. Pada masa depresi ekonomi, ketika uang dan pekerjaan sulit diperoleh, orang cenderung menimpakan kesulitannya ke sejumlah kelompok minoritas yang relatif tidak memiliki kekuasaan. Pada masa lampau, orang-orang Nazi menyalahkan orang-orang Yahudi, petani di Amerika Serikat bagian Selatan menyalahkan orang kulit hitam, buruh-buruh Protestan di Boston menyalahkan orang Khatolik Irlandia, petani buruh di California menyalahkan imigran gelap Meksiko, dan sebagainya. Ada banyak faktor yang mendorong timbulnya prasangka, tetapi pengalahan agresi sebagai respon terhadap frustrasi merupakan salah satu faktor tersebut seperti yang diperlihatkan dalam eksperimen berikut ini.
Sejumlah anak laki-laki yang mengikuti kemah musim panas diharuskan untuk berpartisipasi dalam acara pengetesan yang lama dan membosankan, yang menyita banyak waktu sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk menonton film di bioskop setempat. Survei tentang sikap anak laki-laki itu terhadap kelompok minoritas sebelum dan sesudah acara pengetesan menunjukan adanya peningkatan perasaan tak bersahabat yang signifikan sesudah acara pengetesan tersebut. Anak laki-laki itu mengalihkan rasa marah mereka pada kelompok minoritas dan tidak megungkapkannya secara langsung pada para penyelenggara tes. (Miller dan Bugelski, 1948).                     

2)   Apati
Salah satu faktor yang mempersulit penelitian terhadap perilaku manusia adalah kecenderungan orang yang berbeda untuk memberikan respons yang berbeda terhadap situasi yang sama. Meskipun respons yang umum terhadap frustrasi adalah agresi aktif, respons yang sebaliknya berupa sikap acuh tak acuh dan menarik diri disebut apati, bukan hal yang tidak biasa. Kita tidak tahu mengapa seseorang memberikan respons agresif sedangkan yang lain memberikan respons apatis terhadap situasi yang sama, tetapi tampaknya proses belajar merupakan faktor yang penting. Reaksi terhadap frustrasi dapat dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya. Anak-anak yang menyerang dengan penuh kemarahan ketika mengalami frustrasi dan mengetahui bahwa akhirnya kebutuhan mereka terpenuhi (baik melalui usaha mereka sendiri  maupun karena orang tua mereka cepat-cepat menentramkan mereka) mungkin kelah akan menampilkan perilaku yang sama bila motif mereka dihambat. Anak-anak yang ledakan agresifnya tidak pernah memberikan hasil anak-anak yang tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka melalui tindakan mereka sendiri mungkin akan bertindak apatis dan menarik diri bila kelak dihadapkan pada situasi yang menimbulkan frustrasi.
    
Ketidak berdayaan yang dipelajari. Beberapa penelitian menunjukan bahwa hewan dan orang dapat belajar menjadi tidak berdaya ketika menghadapi situasi yang menekan. Anjing yang ditempatkan disebuah kotak yang terdiri dari dua ruangan yang dipisahkan oleh rintangan dengan cepat belajar melompat ke ruangan sebelah untuk menghindari kejutan listrik ringan yang dialihkan ke kakinya melalui kisi-kisi di lantai. Bila lampu dinyalakan beberapa detik sebelum kisi-kisi itu dialiri listrik, anjing tersebut bisa belajar menghindari kejutan dengan melompat ke ruangan yang aman tepat pada saat isyarat diberikan. Namun, bila anjing itu sebelumnya ditempatkan dalam situasi di mana kejutan listrik tidak dapat dihindari dan tidak dapat dielakkan dimana tidak ada yang dapat dilakukan binatang itu untuk menghentikan kejutan listrik, sangat sulit bagi anjing tersebut untuk mempelajari respon menghindar. Binatang tersebut hanya akan duduk dan menahan kejutan listrik, meskipun lompatan yang mudah ke ruang sebelah akan menghilangkan keadaan yang tidak meyenangkan itu. Beberapa anjing tidak pernah belajar, meskipun penelitian menunjukan cara yang tepat dengan memindahkannya melalui rintangan itu. Anjing ini sebelumnya telah belajar bahwa mereka tidak dapat menghindari kejutan lisrtik tersebut dan tidak mampu mengatasi ketidakberdayaan yang dipelajari itu (Seligman, 1975).

Subjek manusia yang ditempatkan dalam situasi eksperimental di mana mereka tidak dapat mengendalikan kejutan listrik atau sura keras akan menampilkan respons penyelamatan diri yang lebih sedikit, meskipun usaha penyelamatan itu bisa dilakukan, dibandingkan subjek yang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman ketidakberdayaan (thornton dan Jacobs, 1971). Kenyataannya, berbagai macam kejadian yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat ditanggulangi bisa mengurangi kemampuan organisme untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah itu.
3)   Regresi
Regresi didefinisikan sebagai tindakan kembali ke bentuk perilaku yang tidak matang, perilaku yang khas pada usia yang lebih muda. Dalam eksperimen dengan menggunakan mainan, para pengamat menilai tingkat konstruksivitas permainan setiap anak, pertama dalam situasi permainan bebas dan kemudian dalam situasi yang menimbulkan frustrasi. Kebanyakan anak memperlihatkan penurunan konstruktivitas permainan. Mereka lebih suka mencoret-coret dibandingkan dengan menggambar, mereka lebih cenderung memukul roboh papan seketika daripada pura-pura menyetrika pakaian, mereka lebih suka mempermainkan truk dan mobil mainan tanpa tujuan daripada merencanakan perjalanan imajinatif dari mainan itu.
Kadang-kadang orang dewasa menampilkan bentuk perilaku yang tidak matang ketika menghadapi situasi yang menimbulkan frustrasi. Mereka memaki, berteriak, mulai berkelahi, atau menghentikan usaha mengatasi masalah dan mencari seseorang untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Bila usaha memecahkan masalah itu gagal, dapat dipahami bahwa orang akan menampilkan perilaku yang pernah memberikan hasil pada masa lampau. Contoh yang klasik adalah seorang anak berusia 3 tahun yang berhasil menjalani pembiasaan kebersihan dengan baik tetapi mulai menggompol lagi ketika adiknya lahir, merasa frustrasi karena disingkirkan sebagai satu-satunya objek kasih sayang orang  tua, anak itu menampilkan perilaku yang menarik perhatian orang tuanya pada masa lampau. Dalam keadaan stress yang berat dan berkepanjangan, orang dewasa bisa mengalami regresi ke arah perilaku infantil  

4) Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotipi, yaitu selalu memakai cara yang sama. Misalnya menyelesaikan kesulitannya dengan pola membisu, membenturkan kepala dll. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun balas dendam.

5) Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau menekan ketidaksadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran jahat. Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah kompek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, delusi, ilusi, salah baca dll.

6) Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan dengan tidak menyenangkan. Misalnya seseorang yang yang gagal melakukan tugas akan berkata bahwa tugas tersebut terlalu berat baginya darinya karena ia masih muda.

7) Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan kelemahan sikap diri yang negative pada orang lain.

8) Teknik anggur masam
Usaha memberikan atribut jelek pada tujuan yang tidak dapat dicapainya.

9) Teknik jeruk manis
usaha memberikan atribut bagus pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.

10) Identifikasi
Usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain.

11) Narsisme
Perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan belebihan. Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dunia luar.

12) Autisme
Gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan mengandung bahaya yang mengerikan.

KECEMASAN
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran sendiri (praduga sbuyektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan.
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Fungsi kecemasan ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya; sebagai isyarat bagi das ich, bahwa apabila tidak dilakukan tindakan – tindakan yang tepat bahaya itu akan meningkat sampai das ich dikalahkan. Kecemasan adalah juga pendorong sepert halnya lapar dan seks; bedanya kalau lapar dan seks itu adalah keadaan dari dalam, maka kecemasan itu asalnya dari luar.
Kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.

PENDEKATAN-PENDEKATAN KECEMASAN :
Psikoanalitik menyatakan bahwa sumber-sumber kecemasan adalah adanya suatu konflik bawah sadar. Freud meyakini bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik antara dorongan-dorongan id dan desakan-desakan ego, dan superego. Dorongan ini dapat merupakan ancaman bagi setiap individu karena berlawanan dengan nilai-nilai personal dan social (Atkinson, dkk, 1983 : 431-432).
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiaskan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Pengertian kognitif keadaan kecemasan nonfobik menyatakan bahwa pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif (counterproductive) menyertai atau mendahului perilaku maladaptive dan gangguan emosional. Subjek yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih (overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate) kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman yang datang kepada kesehatan fisik dan psikologisnya.
(Herber dan Runyon, 1984) membagi kecemasan dalam empat cara, yaitu :
Cara kognif yaitu dapat berubah dari rasa khawatir hingga panik, preokupasi pada bahaya yang tidak mengenakkan untuk diketahui, ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, dan sulit tidur.
Cara motorik yaitu sering menunjukkan gerakan-gerakan tidak beratur, gemetar, individu sering menunjukkan beberapa perilaku seperti gelisah, melangkah mondar-mandir, menggigit-gigiti bibir dan kuku, dan gugup.
Cara otomatis yaitu perubahan pada sistem saraf otonom dan sering direfleksikan dalam bentuk sesak nafas, mulut kering, tangan dan kaki jadi dingin, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, keringat berlebihan, ketegangan otot dan gangguan pencernaan.
Cara afektif yaitu seperti merasa tidak enak dan khawatir mengenai bahaya yang akan datang.

TIPE KECEMASAN :
Maramis (1990) membagi kecemasan menjadi 3 bagian :
1.    Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), kecemasan yang menyerap dan tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran.
2.    Agitasi, kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat.
3.    Panik, serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan dan kebingungan serta hiperaktifitas yang tidak terkontrol.
(Suryabrata, 1982), membagi kecemasan berdasarkan sumbernya :
1.    Kecemasan neurotis yang timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
2.    Kecemasan moral, individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan hukuman lagi.
3.    Kecemasan realistis, kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
Fungsi kecemasan ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya; sebagai isyarat bagi das ich, bahwa apabila tidak dilakukan tindakan – tindakan yang tepat bahaya itu akan meningkat sampai das ich dikalahkan. Kecemasan adalah juga pendorong sepert halnya lapar dan seks; bedanya kalau lapar dan seks itu adalah keadaan dari dalam, maka kecemasan itu asalnya dari luar.

MEKANISME PERTAHANAN
Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutar balikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri. Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam perelatan mekanik. Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.

Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu 
tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi di dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan, berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada, lebih sering mengkomunikasikan berita baik dari pada berita buruk, lebih mudah mengingat hal-hal positif dari pada negatif.  

Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengadilan diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga. Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).
Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

Fiksasi
Dalam mengahadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Para remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

Regresi Menarik Diri
Reksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil apapun. Biasanya respon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindung dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

Fantasi                                             
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa reaksi lamunanya itu lebih menarik dari pada kenyataan sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stress, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.

Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau meyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, yang baik adalah yang buruk.

Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan secara objektif.

Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali di pergunakan pula.  
Post-Abortion Syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsekuensi emosional dan psikologis dari suatu aborsi. Ketika kita mengalami kejadian yang traumatik, tanpa kesempatan untuk memproses pengalaman emosional, dapat terjadi reaksi negatif yang tertunda. Kita hidup di tengah masyarakat yang menghiraukan konsekuensi menyakitkan dari suatu aborsi. Perempuan dan lelaki yang mengalami aborsi, seharusnya berbicara dan memproses secara normal rasa takut, malu, cemas, sedih dan rasa bersalah yang biasanya muncul setelah terjadi aborsi. Ketika emosi-emosi itu di sangkal dan dikubur, biasanya mereka akan muncul kembali di waktu-waktu yang tidak terduga.
Untuk menutupi rasa sakit secara emosional, para perempuan biasanya akan membangun sebuah mekanisme pertahanan diri untuk mebenarkan keputusannya. Secara sepintas mekanisme ini “mampu” memecahkan permasalah (sementara waktu) akan tetapi pada hakekatnya justru semakin mempersulit keadaan dan menambah permasalahan tersebut dengan menjadikannya lebih kompleks.

Dr.Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual “ menyebutkan bahwa mekanisme pertahanan diri atau self defend mechanisme adalah salah satu bentuk reaksi negative terhadap frustasi. Frustasi adalah situasi dimana satu kebutuhan atau tujuan tidak terpenuhi. Ketika seseorang gagal mencapai keinginannya dan tidak dapat memberi respon yang tepat terhadap kondisinya maka dikatakan bahwa orang tersebut mengalami frustasi. Ketika mengalami frustasi seseorang dapat memiliki pilihan untuk melakukan respon positif atau negative. Respon positif biasanya dilakukan dengan adanya perenungan yang mendalam, perubahan mobilisasi dan aktivitas, tawakal, atau kemudian mensubstitusi tujuannya tersebut.
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptive/tidak mampu beradaptasi dengan baik, sehingga kesehatan fisik dan / atau mental orang itu turut terpengaruh. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat “mengungsi” dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila dirasakan ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah rasa kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego menganggap perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.
Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensive/mempertahankan diri terhadap apa yang dianggap membahayakan nya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.
Di beberapa aliran psikologi (terutama dalam teori psikodinamik), psikolog berbicara tentang “mekanisme pertahanan”, atau perilaku di mana kita berperilaku atau berpikir dengan cara tertentu untuk lebih melindungi atau “membela” diri kita sendiri.  Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yg tidak menyenangkan perasaan dan perilaku.
Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari – yang berarti sebagian besar dari kita tidak menyadari kita sedang menggunakan mereka pada saat itu. Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu seseorang menjadi lebih menyadari mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang gunakan, seberapa efektif hal itu dan bagaimana menggunakan mekanisme yang lebih efektif untuk masa yang akan dating (dikemudian hari).
Mekanisme Primitif:
1. Penyangkalan adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa, pikiran atau perasaan yang menyakitkan tidak ada. Hal ini dianggap salah satu yang paling primitif dari mekanisme pertahanan karena merupakan karakteristik dari  perkembangan anak usia dini.  Banyak orang menggunakan penyangkalan dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk menghindari berurusan dengan perasaan menyakitkan atau bidang kehidupan mereka, mereka tidak ingin mengakuinya.  Misalnya, seseorang yang mengkonsumsi minuman beralkohol akan sering menyangkal bahwa mereka memiliki masalah minum minuman keras, mereka berusaha menjelaskan seberapa baik mereka tetap dapat berfungsi dalam pekerjaan atau hubungan-hubungan social mereka.
2. Regresi adalah bersikap kembali ke tahap-tahap lebih awal dari usia perkembangan ketika menghadapi pikiran-pikiran atau impuls yang tidak dapat diterima. Sebagai contoh seorang remaja yang kewalahan dengan rasa takut, kemarahan dan impuls seksual yang sedang tumbuh mungkin menjadi selalu ingin diperhatikan dan mulai menunjukkan perilaku seperti masa kanak-kanak sebelumnya yang sebenarnya telah lama ia lalui, seperti misalnya kembali mengompol.
3. Bertindak Out adalah melakukan perilaku yang ekstrim dalam rangka untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan cara  mengungkapkan yang sebaliknya.  Alih-alih mengatakan, “Saya marah dengan 
Anda,” orang yang bertindak keluar mungkin melemparkan buku kepada seseorang, atau merusak sebuah dinding.  Ketika seseorang mengeluarkan emosinya kepada objek lain, hal tersebut berguna untuk mengurangi tekanan yang dirasakan sehingga sering membantu individu merasa lebih tenang dan damai sekali lagi. Misalnya, marah-marah anak adalah bentuk bertindak ketika dia tidak mendapatkan keinginan nya dari orang tua. Mencederai diri juga dapat menjadi bentuk bertindak keluar, mengekspresikan emosi dengan menimbulkan rasa sakit fisik.
4. Disosiasi adalah mekanisme pertahanan diri dimana ketika seseorang merasa kehilangan jejak waktu dan / atau orang dan malah menemukan keberadaan diri mereka dalam kondisi yang lain. Orang yang memiliki pengalaman buruk/traumatis pada masa kanak-kanak sering menderita beberapa bentuk disosiasi. Dalam kasus yang ekstrim, disosiasi dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka memiliki beberapa diri yang berbeda (“kepribadian ganda”). Orang yang menggunakan disosiasi sering memiliki pandangan yang dalam saat-saat tertentu  terputus dari diri keberadaan diri  mereka sendiri.  Dengan cara ini, seseorang yang terdisosiasi dapat “memutuskan diri” dari dunia nyata untuk sementara waktu, dan hidup dalam dunia yang berbeda/kepribadian yang berbeda yang tidak penuh dengan pikiran, perasaan, kondisi yang dirasa menekan dalam kondisi nyata mereka.
5. Kompartementalisasi adalah bentuk disosiasi yang lebih rendah, di mana bagian dari diri terpisah dari kesadaran bagian lain dan berperilaku seolah-olah memiliki kepribadian yang terpisah dari nilai-nilai asli mereka. Sebuah contoh misalnya orang jujur ​​yang menipu pada pengembalian pajak pendapatan mereka dan terus menjaga dualisme sistem nilai mereka yang berbeda dan tidak-terpadu namun tetap sadar dari ketidakcocokan pola pikir mereka.
6. Proyeksi adalah mengalihkan pikiran yang tidak diinginkan dengan melakukan suatu tindakan/sikap yang dirasionalisasikan. Proyeksi digunakan terutama ketika seseorang tidak dapat mengekspresikan pikiran / perasaan nya kepada objek seharusnya sebab mereka merasa benar-benar tidak nyaman dengan hal itu. Misalnya, seorang yang marah kepada pasangan nya, daripada mengatakan aku benci dia, maka dia akan mengatakan bahwa pasangan nya yang membenci dia (dibalik).
7. Formasi Reaksi adalah mengubah pikiran yang tidak diinginkan atau berbahaya, perasaan atau impuls ke lawan mereka. Misalnya, seorang wanita yang sangat marah dengan bosnya dan ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai gantinya mungkin justru akan menjadi begitu baik dan murah hati terhadap atasannya dan menyatakan keinginan untuk tetap bekerja di sana selamanya. Dia tidak mampu mengekspresikan emosi negatif dari kemarahan dan ketidakbahagiaan dengan pekerjaan nya.
Mekanisme Kurang Primitif:
8. Represi adalah memblokir pikiran sadar, perasaan dan impuls yang dirasakan tidak dapat diterima. Kunci untuk represi adalah bahwa orang melakukannya diluar kesadaran normal, sehingga mereka sering memiliki kontrol yang sangat sedikit di atasnya. “Kenangan yang direpresi” adalah kenangan yang telah diblokir. Tetapi memori sangat mudah dibentuk dan selalu berubah, tidak seperti memutar sebuah DVD dari hidup Anda.  DVD orang yang melakukan represi seakan-akan telah “disaring” dan bahkan diubah oleh pengalaman hidup Anda.
9. Pemindahan adalah mengarahkan perasaan pikiran dan impuls diarahkan pada satu orang atau objek, tetapi dibawa keluar pada orang lain atau objek lain. Orang sering menggunakan pemindahan ketika mereka tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang aman untuk orang yang seharusnya. Contoh klasik adalah orang yang marah pada bosnya, tetapi tidak dapat mengungkapkan kemarahannya kepada atasannya karena takut dipecat. Ia justru pulang dan tendangan anjing atau mulai bertengkar dengan istrinya. Pria itu adalah dengan mengarahkan kemarahannya dari bosnya untuk anjingnya atau istri. Tentu, ini adalah mekanisme pertahanan yang cukup efektif, karena sementara kemarahan menemukan jalan untuk disalurkan, namun biasanya akan merugikan pihak lain yang sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan masalah yang dihadapi.
10. Intelektualisasi adalah penekanan yang berlebihan pada pemikiran ketika dihadapkan dengan dorongan yang tidak dapat diterima, situasi atau perilaku apapun tanpa menggunakan emosi apapun untuk membantu memediasi dan menempatkan pikiran ke dalam konteks sebenarnya dari perasaan manusia. Daripada berurusan dengan emosi terkait yang dirasakan menyakitkan, seseorang mungkin menggunakan intelektualisasi untuk menjauhkan diri dari dorongan perasaan itu akibat kejadian atau perilaku tertentu yangterjadi. Misalnya, seseorang yang baru saja diberi diagnosis medis terminal (sakit parah), bukannya mengungkapkan kesedihan mereka dan berduka secara normal, malahan berfokus pada rincian semua prosedur medis yang mungkin sebenarnya sia-sia.
11. Rasionalisasi adalah meletakkan sesuatu ke dalam kondisi yang berbeda atau menawarkan penjelasan yang berbeda untuk persepsi seseorang atau perilaku dalam menghadapi suatu realitas yang berubah.  Misalnya, seorang wanita yang mulai berkencan dengan seorang pria, dia benar-benar menyukai pria itu namun dlm perasaan cemas nya, ia malah berpikir tiba-tiba akan dibuang oleh pria tanpa alas an jelas. Dia membingkai ulang situasi di pikirannya dengan “curiga” yang tidak perlu. Rasionalisasi adalah menipu diri sendiri dengan mengubah pikiran buruk menjadi baik ataupun sebaliknya, biasanya untuk tujuan melindungi diri nya sendiri dari peruatan/pikiran buruknya.

12. Membatalkan adalah usaha untuk kembali mengambil perilaku sadar atau pemikiran wajar setelah memikirkan/melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima atau menyakitkan. Misalnya, setelah menyadari bahwa Anda telah menghina seseorang, Anda merasa perlu menghabiskan waktu-waktu berikutnya dengan misalkan memuji keindahan, pesona dan kecerdasan orang itu. Dengan “melepas” aksi sebelumnya, orang itu mencoba untuk mengganti kerusakan yang dilakukan oleh komentar asli dan berharap dia akan mampu menyeimbangkan kedua komentar itu.

Mekanisme Pertahanan Dewasa
Seringkali jenis mekanisme inilah yang paling konstruktif dan bermanfaat untuk kebanyakan orang dewasa, tetapi mungkin membutuhkan latihan dan usaha untuk dipraktikan dalam penggunaan sehari-hari. Sementara mekanisme pertahanan primitif berbuat banyak untuk mencoba dan menyelesaikan masalah mendasar atau masalah, pertahanan dewasa lebih fokus pada membantu orang yang menjadi komponen yang lebih konstruktif lingkungan mereka. Orang dengan pertahanan yang lebih dewasa cenderung lebih damai dengan diri mereka sendiri maupun orang lain yang berinteraksi dengan mereka.
13. Sublimasi hanyalah penyaluran impuls yang tidak dapat diterima, pikiran dan emosi ke dalam pikiran, emosi dan impuls yang lebih dapat diterima. Misalnya, ketika seseorang memiliki impuls seksual yang mereka ingin untuk ditahan, mereka malah dapat memfokuskan energi itu untuk berolah raga. Sublimasi juga dapat dilakukan dengan humor atau fantasi. Humor, bila digunakan sebagai mekanisme pertahanan, adalah penyaluran impuls atau pikiran yang tidak dapat diterima menjadi sebuah cerita yang ringan-hati atau lelucon. Humor mengurangi intensitas dari suatu situasi, dan tempat untuk mentertawakan baik orang maupun impuls tersebut. Fantasi, bila digunakan sebagai mekanisme pertahanan, adalah penyaluran hasrat yang tidak dapat diterima atau tercapai ke dalam imajinasi. Misalnya, kita membayangkan tujuan akhir kesuksesan karir dapat membantu ketika mengalami salah satu pengalaman buruk misalnya kemunduran sementara di prestasi akademik. Keduanya dapat membantu seseorang melihat pada situasi dengan cara yang berbeda, atau fokus pada aspek-aspek dari situasi yang sebelumnya mungkin belum di ekplorasi. 
14. Kompensasi adalah proses psikologis dengan cara menyeimbangkan kelemahan dirasakan dengan menekankan kekuatan di arena lainnya. Dengan menekankan dan berfokus pada kekuatan seseorang, seseorang mengakui mereka tidak bisa menjadi kuat di segala hal dan di semua bidang dalam hidup mereka.  Misalnya, ketika seseorang mengatakan, “Saya mungkin tidak tahu cara memasak, tapi saya yakin bisa mencuci piring,” mereka berusaha untuk mengkompensasi kurangnya keterampilan memasak dengan menekankan keterampilan mereka membersihkan gantinya. Ketika dilakukan dengan tepat dan tidak dalam upaya untuk selama-kompensasi, kompensasi adalah mekanisme pertahanan yang membantu memperkuat citra diri.

STRESS
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stresss adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stress tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stress memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka..
Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stress tantangan, atau stress yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stress hambatan, atau stress yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stress tantangan dan stress hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stress tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stress hambatan.

SUMBER-SUMBER POTENSI STRESS

Faktor Lingkungan

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stress para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.

Faktor Organisasi

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stress. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
 Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stress.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stress, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

Faktor Pribadi

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stress.
 Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stress bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stress yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stress yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stress adalah sifat dasar seseorang, Artinya, gejala stress yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.

Akibat Stress

Merokok berkaitan dengan gejala stress
Stress menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stress berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stress dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stress biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stress yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stress. Namun stress juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala stress yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stress-kinerja. Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stress-kinerja adalah hubungan U-terbalik. Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stress rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stress dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stress.

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH STRESS

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh stress
1.    Sakit kepala serta migrain
Daya tahan tubuh bisa menurun karena stress lalu memicu migrain menurut Todd Schwedt, MD, direktur pusat sakit kepala di Washington University.
Untuk menghindarinya, pastikan pola makan dan tidur dalam sepekan selalu terjaga.
2.    Kram yang sangat sakit
Ketidakseimbangan hormon saat stress bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stress, risiko mengalami kram 2 kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi. Olahraga secara teratur dapat mencegahnya.
3.    Sakit di sekitar mulut
Rahang terasa nyeri merupakan tanda bahwa stress tengah melanda. Tanpa disadari, gigi atas dan bawah saling menggeretak saat stress dan memicu tekanan berlebih di pelipis. Gejala ini bisa dicegah dengan memasang pelindung di antara kedua gigi saat tidur malam.
4.    Jarang bermimpi saat tidur
Mimpi terbentuk secara bertahap, sehingga butuh kondisi tidur nyenyak. Ini sulit terjadi saat sedang stress, sebab tidurnya menjadi tidak nyenyak. Jika sering terjaga tengah malam, maka proses terbentuknya mimpi akan terganggu.
5.    Gusi berdarah
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stress meningkatkan risiko penyakit periodontal (gigi dan mulut) pada seseorang. Meningkatnya hormon kortisol saat stress akan melemahkan sistem imun, dan memudahkan infeksi bakteri ke dalam gusi.
6.    Jerawat dimana-mana
Profesor dermatologi dari Wake Forest University, Gil Yosipovitch, MD mengungkap bahwa stress meningkatkan risiko inflamasi termasuk di wajah. Untuk mencegah dan mengobati timbulnya jerawat bisa dilakukan dengan pengobatan jerawat dengan obat alami.
7.    Ingin makan yang manis-manis
Jika wanita menjadi ingin makan cokelat saat akan menstruasi, ini bukan disebabkan hormon progesteron. Penelitian di University of Pennsylvania membuktikan, saat menopause sekalipun wanita tetap mengalami gejala itu. Penelitian tersebut mengungkap, sesungguhnya penyebab ingin makan yang manis-manis adalah stress.
8.    Kulit gatal-gatal
Sebuah penelitian di Jepang mengungkap, orang yang mengalami pruritis (penyakit kulit yang dicirikan oleh gatal-gatal kronis) 2 kali tebih rentan mengalami stress. Namun penelitian tersebut juga mengungkap hal yang sebaliknya, bahwa stress itu sendiri juga bisa mengaktifkan sejumlah serabut syaraf yang memicu sensasi gatal.
9.    Alergi yang lebih parah dari biasanya
Menurut sebuah penelitian di Ohio State University tahun 2008, pikiran gelisah dan tidak tenang dapat memperparah kondisi pada penderita alergi. Hormon stress diyakini memicu produksi imunoglobulin E (IgE), yakni protein dalam darah yang menyebabkan reaksi alergi.
10. Mendadak sakit perut
Pada orang stress, risiko mengalami sakit perut meningkat 3 kali lipat dibandingkan saat rileks. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak dan usus saling terhubung. Ketika syaraf otak bereaksi terhadap stress, syaraf di usus menangkap sinyal yang sama dan memberikan respon tertentu misalnya rasa mual.
                                                       
                                                  KESIMPULAN

Frusrtasi muncul kearah tujuan terhalang atau tertunda. Halanagan halangan lingkungan, pembatasan kemasyarakatan, dan keterbatasan perorangan semuanya menimbulkan frustrasi, tapi salah satu dari sumber utama frustrasi adalah konflik-konflik yang bersifat motivasi. Beberapa reaksi segera terhadap frustrasi  antara lain berbentuk agresi (baik langsung atau berbentuk lain), apati (yang terungkap dalam bentuk ketakberdayaan yang diperoleh) dan  regresi. Orang-orang sangat berbeda-beda dalam perilakunya bila tujuannya terhalang. Frustrasi dan bentuk-bentuk lain stres menimbulkan kecemasan. Kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas.
Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri. mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Sumber-sumber potensi stress disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor pribadi, lingkungan, serta organisasi. Stress yang berlebihan dan berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan fisik seperti bisul, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dll.

             DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Tristiadi Ardi dkk.2007. Psikologi Klinis. Graha ilmu: Yogyakarta
Fauzi, Ahmad. 2008. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung
Atkinson, Rita L dkk. 1983. Pengantar Psikologi. Erlangga: Jakarta
www.adamsains.co.cc



Tidak ada komentar:

Posting Komentar