Selasa, 07 Januari 2014

Filsafat Ilmu

        PENDAHULUAN
Kini telah mempunyai sekadar gambaran hubungan antara filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu dalam beberapa hal saling tumpang-tindih. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Walaupun begitu, apa yang harus dikatakan oleh seseorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang filsuf ialah mencoba memberitahukan kepada seorang ilmuan mengenai apa yang harus ditemukannya.
filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan. Objek kajian filsafat adalah semesta dalam arti seluas-luasnya. Filsafat selalu bersifat menyeluruh dalam memandang semesta, dalam arti ia melihat objek kajian dalam kaitannya dengan semesta yang lebih luas. Filsafat tidak memandang objek secara terkotak-kotak, bila filsafta memandang persoalan komunikasi maka ia akan dipandang secara integral dengan segala hal yang meliputinya.
filsafat ilmu juga akan membawa mahasiswa pada sikap yang luas dengan wawasan yang tinggi. Mahasiswa juga dapat memiliki sikap keterbukaan dan dapat saling memahami alur fikir ilmiah yang berbeda-beda, maka filsafat ilmu perlu diarahkan kepada pembekalan berbagai wawasan utama yang sampai sekarang tumbuh dominan. Oleh sebab itu kami akan membahas mengenai filsafat ilmu




       PEMBAHASAN

A.  LAHIRNYA  FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu telah lahir sejak abad ke 18 Masehi, yakni sejak Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Sejak itu, refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Bukti penting telah lahirnya filsafat ilmu pada abad ke 18 itu adalah, di Eropa telah lahir sebuah filsafat yang disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory of knowledge, Erkenist lehre, kennesler atau epistemologi) dimana logika, filsafat bahasa, matematika, metodologi, merupakan landasan utamanya. Ciri khas dari filsafat ilmu yang berkembang pada abad ke 18 itu adalah positivisme. Aliran filsafat ilmu yang positivistik ini terus bertahan tidak tergoyahkan bahkan terlalu kokoh untuk dikoreksi. Tetapi, sejak tahun 1960-an, corak filsafat ilmu yang demikian itu berhasil digoyahkan oleh filsafat ilmu lain beserta konsekwensi metodologi pengembangan ilmunya. Perkembangan filsafat ilmu mengalami perkembangan dari positivisme, post positivisme dan post modernisme. Jika pada abad 18, filsafat ilmu yang positivistik lebih menggunakkan paradigma ilmu-ilmu kealaman, sehingga kebenaran hanya diakui jika empirikal sensual, maka pada era post modernisme, filsafat ilmu lebih menggunakan positivisme linguistik dan positivisme fungsional yang sudah mulai berupaya mencari makna dibalik yang empirik sensual.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial, maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan minosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini di pengaruhi oleh para dewa. Karenaya, para dewa harus di hormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa permukaan bumi.
Perubahan dari pola pikir minosentris ke logosentris membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan gejala-gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Dari penelitian alam jagad raya bermunculan ilmu astronomi, kosmologi, fisika, kimia, dsb. Sedangkan dari manusia muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi, dsb. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.

B.  PENGERTIAN FILSAFAT DAN ILMU

Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keteramoilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi, secara etimonologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah filsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat sebenarnya bias diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti mesjid dan karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf a menjadi i dalam kata falsafah bias di tolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebeb, asal, dan hukumnya.
Adapun beberapa pergertian pokok tentang filsafat menurut para filosof adalah:
1.    Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.    Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3.    Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan.
Pengertian flsafat secara terminology sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri.


Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan salah satu cara untuk mengerti bagaimana budi manusia bekerja. Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis dan imajinatif. Ilmu bersifat empiris, sistematis, observatif, dan objektif. Pada perkembangan selanjutnya, ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan, dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pada gilirannya, cabang ilmu semakin subur dengan segala variasinya. Namun, tidak dapat juga dipungkiri bahwa ilmu yang terspesialisasi itu semakin menambah sekat-sekat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu ilmu yang satu terhadap ilmu yang lain. Tidak hanya sekadar sekat-sekat antardisiplin ilmu dan arogansi ilmu, tetapi yang terjadi adalah terpisahnya ilmu itu dengan nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi. Filsafat ilmu bertugas membuka fikiran manusia agar mempelajari dengan serius proses logik dan imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan.filsafat ilmu berbicara tentang metode ilmu pengetahuan, bagaimana pengembangannya dan bagaimana prinsip-prinsip penerapannya
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, di sisi lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak ada seorangpun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negative dari ilmu. John Naisbit mengatakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mahkluk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu : (1) masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat, dari masalah agama sampai masalah gizi. (2) masyarakat takut sekaligus memuja teknologi. (3) masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yang semi. (4) masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar. (5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan. (6) masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terrenggut.
Ilmu dan teknologi dalam konteks itu kehilangan ruhnya yang fundamental karena ilmu kemudian mengeliminir peran manusia dan bahkan manusia tanpa sadar menjadi budak ilmu dan teknologi. Karena itu, filsafat ilmu berusaha mengembalikkan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Disamping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah intrumen bukan tujuan. Dalam konteks yang demikian diperlukan suatu pandangan yang komprehensif tentang ilmu dan nilai-nilai yang berkembang ditengah masyarakat. Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari tuhan, manusia hanya menemukan sumber itu dan kemudian merekayasanya untuk menjadikan instrument kehidupan. Manusia adlaha ciptaaan tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahkluk yang lain karena manusia diberikan daya berpikir. Daya fikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagi mahkluk tuhan, sehingga ia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesame manusia, tetapi juga kepada penciptanya.
Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan terstruktur kadangkala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sisitem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Di sinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta lingkungan. Karena itu, penulisan buku filsafat ilmu di perguruan tinggi dirasakan sangat penting karena memiliki beragammanfaat, diantaranya, membantu mahasiswa dalam membedakan antara persoalan-persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah, memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni, dan memberikan nilai  dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.

C.  FILSAFAT ILMU

Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu  Dilihat dari objek kajiannya, filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi ilmu pengetahuan.
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah , yaitu : bagaimanakah , mengapakah , ke manakah , dan apakah .
·      Pertanyaan bagaimana menayakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yang di perolehnya bersifat deskriftif (penggambaran).
·      Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula ) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperoleh bersifat kuausalitas (sebab akibat) .
·      Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi di masa lampau , masa sekarang , dan masa yang akan datang . jawaban yang di peroleh ada tiga jenis pengetahuan , yaitu : pertama , pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan) , yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pendoman . ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi . Kedua , pengetahuan yang timbul dari pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak . Pedoman yang selalu di pakai di sebut hokum . Ketiga , pengetahuan yang timbul dari pendoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan . Tegasnya , pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif. Berdasarkan ukuran tertentu bidang filsafat dapat dibedakan menjadi tiga : filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
·      Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal . hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat dimegerti oleh akal. Jawaban atau pengetahuan  yang di perolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum , universal, abstrak.
            Dengan demikian , jika ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu jadi tahu selanjutnya ke hakikat. Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu  perbuatan akal untuk menghilangkan kesadaran, sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksedensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan / sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia , maka pengetahuan hakikat dapat di perolehnya.

Definisi Filsafat Ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya.
1.    Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan- persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
2.    Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
3.    Menurut Koento Wibisono dkk. 1997, Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang- bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat.
4.    Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus
     dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
5.    Menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), Dengan mengetahui hakekat ilmu, dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

D.RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

Ilmu sebagai Objek Kajian Filsafat
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Cakupan ilmu filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang non-empiris. Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis, termasuk hal yang empiris. Setelah berjalan bebrapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi danmenampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Will Durant mengibaratkan filsafat sebagai pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.
Karena itu, filsafatoleh para filsof disebut sebagai induk ilmu. Sebab, dari filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi. Awalnya, filsafat terbagi pada teoretis dan praktis. Filsafat teoretis mencakup metafisika, fisika, matematika dan logika, sedangkan filsafat praktis adalah ekonomi, politik, hokum, dan etika. Setiap bidang ilmu ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti fisika berkembang menjadi anatomi, kedokteran, dan kedokteran pun terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Perkembangan ini dapat diibaratkan sebuah pohon dengan cabang dan ranting yang semakin lama semakin rindang. Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh, dan rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu dilihat dari posisi yang tidak mutlak, sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi pengembangan ilmu itu sendiri.
Filsafat ilmu menjadibagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prisipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafati yang bertugas untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu, Manakala , orang berpikir secara filsafat , ketiga wilayah itu ada , pengetahuan , dan nilai kembali digunakan dalam mengupas dan menganalisis segala sesuatunya.
Ontologi . Berada dalam wilayah ada . Berasal dari kata Yunani onto (ada) dan logos (teori) . Dengan demikian ontology dapat diartikan sebagai teori tentang ada . Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain : seperti objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud objek yang hakiki? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir merasa dan mengindra) yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Epistemologi . Berada dalam wilayah pengetahuan . Berasal dari kata Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (teori) . Dengan demikian , epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan . Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain : Bagaimana proses yang memungkinkan ditimpanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang benar. Apa yang dimaksud dengan yang benar itu? Apa kriterianya? Teknik dan sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Aksiologi . Berada dalam wilayah nilai . Berasal dari kata Yunani axion (nilai) dan logos (teori) . Dengan demikian , aksiologis dapat artinya sebagai teori tentang nilai . Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain :  Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu  itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional. ? Dengan begitu , kita merambah cabang filsafat etika
Semua pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya mempunyai tiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana landasan-landasan dari ketiga aspek ini diperkembangkan dan dilaksanakan. Dari semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang  dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.
Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan dari pengetahuan-pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
Apa yang dikaji pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan tersebut digunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni, dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-masingyang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan kegunaan secara maksimal namun kadang kita salah dalam menggunakannya. Ilmu dikacaukan dengan seni, ilmu dikonfrontasikan dengan agama, bukankah tak ada anarki yang lebih menyedihkan dari itu?
Berbagai gambaran di atas menunjukan bahwa objek filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan sendiri. Oleh karena itu, filsafat ilmu dapat juga diartikan sebagai studi terhadap ilmu pengetahuan. Kenapa disebut demikian? Sebab filsafat ilmu bertugas memberi landasan fiosofik untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, bahkan dalam beberapa hal ia memberi bekal kemampuan membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing, agar dapat menampilkan teori substantif. Selanjutnya secara teknis, diharapkan dengan dibentuknya metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan konsep tesis dan teori ilmiah, teori disiplin ilmu masing-masing. Selain itu, filsafat ilmu juga akan membawa mahasiswa pada sikap yang luas dengan wawasan yang tinggi. Mahasiswa juga dapat memiliki sikap keterbukaan dan dapat saling memahami alur fikir ilmiah yang berbeda-beda, maka filsafat ilmu perlu diarahkan kepada pembekalan berbagai wawasan utama yang sampai sekarang tumbuh dominan. Makna wawasan mencakup arti filosofik, teoritis, metodologis sampai teknis penyusunan karya tulis secara operasional. Karena telaah ini adalah filfasat ilmu, maka fokus tela’ah adalah wawasan dalam makna filosofis, dan akan sangat berguna bila terdeskripsikan implikasi serta implementasi teoritik dan metodologisnya.

E. TUJUAN FILSAFAT ILMU
Tujuan filsafat ilmu adalah:
1.    Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami   sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2.    Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
3.    Memahami sejarah pertumbuhan,perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
4.    Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

F. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
Persamaan filsaat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1.    Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2.    Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
3.    Keduanya mempunyai metode dan sistem.
4.    Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.

Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1.    Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, dalam disiplin tertentu.
2.    Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
3.    Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, yang mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

G. KESADARAN TIMBAL BALIK ANTARA FILSAFAT ILMU
Dalam upaya mancari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan, filsafat harus memperhatikan hasil-hasil ilmu. Ilmu dalam usahanya menyingkapkan rahasia alam harus mengetahui anggapan kefilsafatan mengenaialam tersebut. Tepatlah jika dikatakan bahwa bukannya kefilsafatan yang berbahaya, melainkan yang berbahaya ialah filsafat yang tidak dikenal dan tidak dianalisa. Filsafat memepersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu dengan suatu cara yang berada, di luar tujuan dan metode ilmu.

H. FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN PENGETAHUAN ALAM
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.

Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam.
Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang  langsung. Hal kedua yang penting mengenai  registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu  alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam
eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853,
Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.Dengan  mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia
diurutkan dalam urutan keempat. Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999).
Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir. Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira- kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.


                                                           KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam. Filsafat secara etimonologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.  Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial, maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat ilmu menyelidiki keabsahan metodologi yang digunakan suatu ilmu. filsafat ilmu menyelidiki keabsahan metodologi yang digunakan suatu ilmu. Berbeda dengan filsafat, ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan gejala-gejala secara ilmiah. Dalam mengupayakan penjelasan ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan penjelasan ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan metode. Jadi, ilmu pengetahuan memandang suatu gejala secara terfokus, tidak integral, sebagaimana filsafat memandang gejala.
Di satu sisi ilmu berkembang dengan pesat di sisi lain , timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak ada seorangpun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat ilmplikasi negative dari ilmu. Filsafat ilmu berusaha mengembalikkan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah intrumen bukan tujuan. Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari tuhan, manusia hanya menemukan sumber itu dan kemudian merekayasanya untuk menjadikan instrument kehidupan. Cakupan ilmu filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang non-empiris.



        DAFTAR PUSTAKA

Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu Dari Hakikat Menuju Nilai. Jakarta: Pustaka Bani Quraisy
Suriasumantri, Jujun. S. 1984. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Dengan Kata Pengantar Andi hakim Nasution. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Louis O. Kattsoff. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta. : Tiara Wacana Yogya
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar: Indeks
http://id.wikipedia.org/wiki/filsafat _ilmu
http://www.scribd.com/doc/12448593/Filsafat-Ilmu-Sebagai-Landasan-pengembangan-ilmu-pengetahuan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar