PENDAHULUAN
Kini telah mempunyai
sekadar gambaran hubungan antara filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai
dalam filsafat dan ilmu dalam beberapa hal saling tumpang-tindih. Bahasa yang
dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Walaupun begitu, apa
yang harus dikatakan oleh seseorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang
filsuf. Satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang filsuf ialah mencoba
memberitahukan kepada seorang ilmuan mengenai apa yang harus ditemukannya.
filsafat
ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah
mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan.
Objek kajian filsafat adalah semesta dalam arti seluas-luasnya. Filsafat selalu
bersifat menyeluruh dalam memandang semesta, dalam arti ia melihat objek kajian
dalam kaitannya dengan semesta yang lebih luas. Filsafat tidak memandang objek
secara terkotak-kotak, bila filsafta memandang persoalan komunikasi maka ia
akan dipandang secara integral dengan segala hal yang meliputinya.
filsafat ilmu juga akan membawa mahasiswa pada sikap
yang luas dengan wawasan yang tinggi. Mahasiswa juga dapat memiliki sikap
keterbukaan dan dapat saling memahami alur fikir ilmiah yang berbeda-beda, maka
filsafat ilmu perlu diarahkan kepada pembekalan berbagai wawasan utama yang
sampai sekarang tumbuh dominan. Oleh sebab
itu kami akan membahas mengenai filsafat ilmu
PEMBAHASAN
A. LAHIRNYA FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu telah lahir sejak abad ke 18 Masehi, yakni
sejak Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang
mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat. Sejak itu, refleksi filsafat mengenai
pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Bukti penting telah lahirnya
filsafat ilmu pada abad ke 18 itu adalah, di Eropa telah lahir sebuah filsafat
yang disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory
of knowledge, Erkenist lehre, kennesler atau epistemologi) dimana logika, filsafat bahasa, matematika,
metodologi, merupakan landasan utamanya. Ciri khas dari filsafat ilmu yang
berkembang pada abad ke 18 itu adalah positivisme. Aliran filsafat ilmu yang
positivistik ini terus bertahan tidak tergoyahkan bahkan terlalu kokoh untuk
dikoreksi. Tetapi, sejak tahun 1960-an, corak filsafat ilmu yang demikian itu
berhasil digoyahkan oleh filsafat ilmu lain beserta konsekwensi metodologi
pengembangan ilmunya. Perkembangan filsafat ilmu mengalami perkembangan dari
positivisme, post positivisme dan post modernisme. Jika pada abad 18,
filsafat ilmu yang positivistik lebih menggunakkan paradigma ilmu-ilmu
kealaman, sehingga kebenaran hanya diakui jika empirikal sensual, maka pada era
post modernisme, filsafat ilmu lebih menggunakan positivisme linguistik dan
positivisme fungsional yang sudah mulai berupaya mencari makna dibalik yang
empirik sensual.
Filsafat
dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial, maupun
historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil
mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
minosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini di pengaruhi oleh para dewa.
Karenaya, para dewa harus di hormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah.
Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi
pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak
lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian
alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang
sejajar, sehingga bayang-bayang
bulan menimpa permukaan bumi.
Perubahan
dari pola pikir minosentris ke logosentris membawa implikasi yang tidak kecil.
Alam dengan gejala-gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan
bahkan dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan
teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad
raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Dari penelitian alam
jagad raya bermunculan ilmu astronomi, kosmologi, fisika, kimia, dsb. Sedangkan
dari manusia muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi, dsb. Ilmu-ilmu tersebut
kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
B.
PENGERTIAN FILSAFAT DAN ILMU
Pengertian Filsafat
Filsafat dalam
bahasa Inggris, yaitu: philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keteramoilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi,
secara etimonologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Kendati istilah
filsafat yang lebih tepat adalah filsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata
filsafat sebenarnya bias diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata
Arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti mesjid dan karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf a menjadi i dalam kata falsafah bias di tolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebeb, asal, dan hukumnya.
Adapun beberapa pergertian pokok tentang
filsafat menurut para filosof adalah:
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas
akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan
jangkauan pengetahuan.
Pengertian flsafat secara terminology
sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta
dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena
setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu,
biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan
sendiri.
Pengertian Ilmu
Ilmu
merupakan salah satu cara untuk mengerti bagaimana budi manusia bekerja. Ilmu
pengetahuan merupakan karya budi yang logis dan imajinatif. Ilmu bersifat
empiris, sistematis, observatif, dan objektif. Pada perkembangan selanjutnya,
ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat,
objek, tujuan, dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan
yang lainnya. Pada gilirannya, cabang ilmu semakin subur dengan segala
variasinya. Namun, tidak dapat juga dipungkiri bahwa ilmu yang terspesialisasi
itu semakin menambah sekat-sekat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu
yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu ilmu yang satu terhadap ilmu yang
lain. Tidak hanya sekadar sekat-sekat antardisiplin ilmu dan arogansi ilmu,
tetapi yang terjadi adalah terpisahnya ilmu itu dengan nilai luhur ilmu, yaitu
untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu menjadi
bencana bagi kehidupan umat manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi.
Filsafat ilmu bertugas membuka fikiran manusia agar mempelajari dengan serius
proses logik dan imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan.filsafat ilmu
berbicara tentang metode ilmu pengetahuan, bagaimana pengembangannya dan
bagaimana prinsip-prinsip penerapannya
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, di sisi
lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu
karena tidak ada seorangpun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk
menghambat implikasi negative dari ilmu. John Naisbit mengatakan bahwa era
informasi menimbulkan gejala mahkluk teknologi, yang ditandai dengan beberapa
indikator, yaitu : (1) masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara
kilat, dari masalah agama sampai masalah gizi. (2) masyarakat takut sekaligus
memuja teknologi. (3) masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan
yang semi. (4) masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar. (5)
masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan. (6) masyarakat menjalani
kehidupan yang berjarak dan terrenggut.
Ilmu
dan teknologi dalam konteks itu kehilangan ruhnya yang fundamental karena ilmu
kemudian mengeliminir peran manusia dan bahkan manusia tanpa sadar menjadi
budak ilmu dan teknologi. Karena itu, filsafat ilmu berusaha mengembalikkan ruh
dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat
manusia. Disamping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk
mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah intrumen bukan tujuan. Dalam konteks yang
demikian diperlukan suatu pandangan yang komprehensif tentang ilmu dan
nilai-nilai yang berkembang ditengah masyarakat. Dalam masyarakat beragama,
ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena
sumber ilmu yang hakiki adalah dari tuhan, manusia hanya menemukan sumber itu
dan kemudian merekayasanya untuk menjadikan instrument kehidupan. Manusia
adlaha ciptaaan tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahkluk
yang lain karena manusia diberikan daya berpikir. Daya fikir inilah yang
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya
pikir tersebut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
manusia sebagi mahkluk tuhan, sehingga ia tidak hanya bertanggung jawab kepada
sesame manusia, tetapi juga kepada penciptanya.
Namun,
perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan terstruktur
kadangkala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan
kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sisitem nilai dalam
agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Di sinilah perlu rumusan
yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan
teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan
kemanusiaan serta lingkungan. Karena itu, penulisan buku filsafat ilmu di
perguruan tinggi dirasakan sangat penting karena memiliki beragammanfaat,
diantaranya, membantu mahasiswa dalam membedakan antara persoalan-persoalan
yang ilmiah dan non-ilmiah, memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap
kajian disiplin ilmu yang ditekuni, dan memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin
ilmu.
C.
FILSAFAT ILMU
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu Dilihat dari objek kajiannya, filsafat ilmu
mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi ilmu pengetahuan.
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam
pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah , yaitu : bagaimanakah ,
mengapakah , ke manakah , dan apakah .
· Pertanyaan bagaimana menayakan
sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau
pengetahuan yang di perolehnya bersifat deskriftif (penggambaran).
· Pertanyaan mengapa menanyakan tentang
sebab (asal mula ) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperoleh
bersifat kuausalitas (sebab akibat) .
· Pertanyaan ke mana menanyakan tentang
apa yang terjadi di masa lampau , masa sekarang , dan masa yang akan datang .
jawaban yang di peroleh ada tiga jenis pengetahuan , yaitu : pertama ,
pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan) ,
yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pendoman . ini dapat
dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi . Kedua , pengetahuan
yang timbul dari pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak . Pedoman yang
selalu di pakai di sebut hokum . Ketiga , pengetahuan yang timbul dari pendoman
yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan . Tegasnya ,
pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang
bersifat normatif. Berdasarkan ukuran tertentu bidang filsafat dapat dibedakan
menjadi tiga : filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
· Pertanyaan apakah yang menanyakan
tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal . hakikat ini sifatnya sangat
dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat dimegerti
oleh akal. Jawaban atau pengetahuan yang
di perolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum
, universal, abstrak.
Dengan demikian , jika ilmu-ilmu
yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu jadi tahu selanjutnya ke
hakikat. Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah
dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu
perbuatan akal untuk menghilangkan kesadaran, sifat-sifat yang secara
kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksedensia), sehingga akhirnya
tinggal keadaan / sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia , maka
pengetahuan hakikat dapat di perolehnya.
Definisi
Filsafat Ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak
dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya.
1. Menurut
The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan- persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan
ilmu. Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah
digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu
merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan
lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
2. Hal
ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan
(sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
3. Menurut Koento Wibisono dkk. 1997, Dalam perkembangannya filsafat ilmu
mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik
dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja
kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
manusia. Oleh karena itu, diperlukan
perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu
bahkan hingga implikasinya ke bidang- bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu
kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan
kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat.
4. Menurut
Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan
objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu
cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami
apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih lanjut Koento Wibisono
(1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik,
yaitu suatu keyakinan yang harus
dipilih oleh sang ilmuwan dalam
menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah
awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang
idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya,
yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu
cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak
dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana
yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
5. Menurut Poespoprodjo (dalam Koento
Wibisono, 1984), Dengan mengetahui hakekat ilmu, dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif
ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu,
simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi
penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat
ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya,
prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam
konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan
dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.
D.RUANG LINGKUP
FILSAFAT ILMU
Ilmu sebagai Objek Kajian Filsafat
Pada dasarnya, setiap
ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek
formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti
pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai proses berpikir yang
sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek
material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang
tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris,
sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof
membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek
formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional
tentang segala yang ada.
Cakupan ilmu filsafat
lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan
yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang
non-empiris. Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping
itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya
filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara
sistematis, rasional, dan logis, termasuk hal yang empiris. Setelah berjalan
bebrapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan
berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi danmenampakkan kegunaan yang
praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Will Durant
mengibaratkan filsafat sebagai pasukan mariner yang merebut pantai untuk
pendaratan pasukan infanteri.pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan
yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi
kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi
masing-masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan merambah
hutan. Setelah itu, filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan
melakukan eksplorasi lebih jauh.
Karena itu,
filsafatoleh para filsof disebut sebagai induk ilmu. Sebab, dari filsafatlah
ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati
ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi. Awalnya, filsafat terbagi pada
teoretis dan praktis. Filsafat teoretis mencakup metafisika, fisika, matematika
dan logika, sedangkan filsafat praktis adalah ekonomi, politik, hokum, dan
etika. Setiap bidang ilmu ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti
fisika berkembang menjadi anatomi, kedokteran, dan kedokteran pun
terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Perkembangan ini dapat diibaratkan
sebuah pohon dengan cabang dan ranting yang semakin lama semakin rindang. Ilmu sebagai objek
kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang
didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh, dan rasional. Begitu juga sifat
pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu
dilihat dari posisi yang tidak mutlak, sehingga masih ada ruang untuk
berspekulasi demi pengembangan ilmu itu sendiri.
Filsafat
ilmu menjadibagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)yang secara spesifik
mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena
permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini
sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.
Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah
yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat
yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara
filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prisipil antara ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
Filsafat
ilmu merupakan telaahan secara filsafati yang bertugas untuk menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakekat ilmu, Manakala , orang berpikir secara filsafat ,
ketiga wilayah itu ada , pengetahuan , dan nilai kembali digunakan dalam
mengupas dan menganalisis segala sesuatunya.
Ontologi .
Berada dalam wilayah ada . Berasal dari kata Yunani onto (ada) dan logos
(teori) . Dengan demikian ontology dapat diartikan sebagai teori tentang ada . Pertanyaan yang
menyangkut wilayah ini antara lain : seperti objek apa yang ditelaah ilmu?
Bagaimana wujud objek yang hakiki? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berfikir merasa dan mengindra) yang menghasilkan
ilmu pengetahuan.
Epistemologi .
Berada dalam wilayah pengetahuan .
Berasal dari kata Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (teori) . Dengan
demikian , epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan .
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain : Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimpanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar manusia dapat memperoleh pengetahuan
yang benar. Apa yang dimaksud dengan yang benar itu? Apa kriterianya? Teknik
dan sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu.
Aksiologi .
Berada dalam wilayah nilai . Berasal
dari kata Yunani axion (nilai) dan logos (teori) . Dengan demikian ,
aksiologis dapat artinya sebagai teori tentang nilai . Pertanyaan yang
menyangkut wilayah ini antara lain : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional. ? Dengan begitu , kita merambah cabang filsafat etika
Semua
pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya
mempunyai tiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta
sejauh mana landasan-landasan dari ketiga aspek ini diperkembangkan dan
dilaksanakan. Dari semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan
lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian
inilah sebenarnya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan
yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung
jawab dan kesungguhannya.
Jadi
untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan dari
pengetahuan-pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
Apa
yang dikaji pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan
pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan tersebut
digunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan ini
maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang
terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali
berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni, dan agama serta meletakkan
mereka pada tempatnya masing-masingyang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa
mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita tidak
dapat memanfaatkan kegunaan secara maksimal namun kadang kita salah dalam
menggunakannya. Ilmu dikacaukan dengan seni, ilmu dikonfrontasikan dengan
agama, bukankah tak ada anarki yang lebih menyedihkan dari itu?
Berbagai
gambaran di atas menunjukan bahwa objek filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan
sendiri. Oleh karena itu, filsafat ilmu dapat juga diartikan sebagai studi
terhadap ilmu pengetahuan. Kenapa disebut demikian? Sebab filsafat ilmu
bertugas memberi landasan fiosofik untuk minimal memahami berbagai konsep dan
teori suatu disiplin ilmu, bahkan dalam beberapa hal ia memberi bekal kemampuan
membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut
memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing, agar dapat menampilkan
teori substantif. Selanjutnya secara teknis, diharapkan dengan dibentuknya
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan konsep
tesis dan teori ilmiah, teori disiplin ilmu masing-masing. Selain itu, filsafat
ilmu juga akan membawa mahasiswa pada sikap yang luas dengan wawasan yang tinggi.
Mahasiswa juga dapat memiliki sikap keterbukaan dan dapat saling memahami alur
fikir ilmiah yang berbeda-beda, maka filsafat ilmu perlu diarahkan kepada
pembekalan berbagai wawasan utama yang sampai sekarang tumbuh dominan. Makna
wawasan mencakup arti filosofik, teoritis, metodologis sampai teknis penyusunan
karya tulis secara operasional. Karena telaah ini adalah filfasat ilmu, maka
fokus tela’ah adalah wawasan dalam makna filosofis, dan akan sangat berguna
bila terdeskripsikan implikasi serta implementasi teoritik dan metodologisnya.
E.
TUJUAN FILSAFAT ILMU
Tujuan filsafat ilmu
adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu,
sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2. Menjadi pedoman bagi para dosen dan
mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan
persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
3. Memahami sejarah
pertumbuhan,perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
4. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber
dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
F. PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN FILSAFAT DAN
ILMU
Persamaan filsaat dan
ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang
sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya hendak memberikan sintesis,
yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
3. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
4. Keduanya hendak memberikan penjelasan
tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu
adalah sebagai berikut:
1. Objek material (lapangan) filsafat itu
bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan
objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan
terkotak-kotak, dalam disiplin tertentu.
2. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh
dan lebih mendalam berdasarkan pada realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak
tahu menjadi tahu.
3. Filsafat memberikan penjelasan yang
terakhir, yang mutlak, yang mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan
ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang
sekunder (secondary cause).
G. KESADARAN TIMBAL BALIK
ANTARA FILSAFAT ILMU
Dalam
upaya mancari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan, filsafat harus
memperhatikan hasil-hasil ilmu. Ilmu dalam usahanya menyingkapkan rahasia alam
harus mengetahui anggapan kefilsafatan mengenaialam tersebut. Tepatlah jika
dikatakan bahwa bukannya kefilsafatan yang berbahaya, melainkan yang berbahaya
ialah filsafat yang tidak dikenal dan tidak dianalisa. Filsafat memepersoalkan
istilah-istilah terpokok dari ilmu dengan suatu cara yang berada, di luar
tujuan dan metode ilmu.
H. FILSAFAT ILMU
SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN PENGETAHUAN ALAM
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai
sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam
adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan
alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal
dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun
1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat.
Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya.
Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani
putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari
pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu
pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk
membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam,
filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam
secara fundamental dan struktural merupakan bentuk refleksif (relefxion form)
dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu
tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu
pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan
mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan
rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam.
Menurut
Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu
itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi
inderawi yang langsung. Hal kedua
yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam
keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu
tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah,
sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam
eksperimen
adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita.
Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti
terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat
bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu
tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan
alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853,
Auguste
Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996),
sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa
gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih
dahulu.Dengan mempelajari gejala-gejala yang
paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan
memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk
dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan
tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan
Sosilogi. Ilmu Kimia
diurutkan
dalam urutan keempat. Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata
jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap
ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana
dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang
Gie, 1999).
Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan
induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia
dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang
mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi.
Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat
digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia
organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir. Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996)
memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the
phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and
specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti
harafiahnya kira- kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala
komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun
sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui
pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan
perbandingan (komparasi). Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan
nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat
dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles
of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa
ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu
filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para
ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam
pengembangan ilmu IPA selanjutnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam. Filsafat secara etimonologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial, maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat ilmu menyelidiki keabsahan metodologi yang digunakan suatu ilmu. filsafat ilmu menyelidiki keabsahan metodologi yang digunakan suatu ilmu. Berbeda dengan filsafat, ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan gejala-gejala secara ilmiah. Dalam mengupayakan penjelasan ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan penjelasan ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan metode. Jadi, ilmu pengetahuan memandang suatu gejala secara terfokus, tidak integral, sebagaimana filsafat memandang gejala.
Di satu sisi ilmu
berkembang dengan pesat di sisi lain , timbul kekhawatiran yang sangat besar
terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak ada seorangpun atau lembaga yang
memiliki otoritas untuk menghambat ilmplikasi negative dari ilmu. Filsafat ilmu berusaha
mengembalikkan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi
kehidupan umat manusia. salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk
mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah intrumen bukan tujuan. Dalam
masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai
ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari tuhan, manusia hanya
menemukan sumber itu dan kemudian merekayasanya untuk menjadikan instrument
kehidupan. Cakupan
ilmu filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas
pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan
yang non-empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu Dari Hakikat Menuju Nilai.
Jakarta: Pustaka Bani Quraisy
Suriasumantri, Jujun. S. 1984. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer Dengan Kata
Pengantar Andi hakim Nasution. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Louis O. Kattsoff. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta. : Tiara
Wacana Yogya
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Vardiansyah, Dani. Filsafat
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar: Indeks
http://id.wikipedia.org/wiki/filsafat _ilmu
http://www.scribd.com/doc/12448593/Filsafat-Ilmu-Sebagai-Landasan-pengembangan-ilmu-pengetahuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar