IDENTITAS ETNIK
II.1 PENGERTIAN
IDENTITAS ETNIK
Identitas Etnik adalah
Individu-individu mempunyai banyak identitas yang berkaitan dengan
peranan-peranan khusus. Salah satu identitas-identitas ini berhubungan dengan
latar belakang etnik mereka yang di anggap sebagai inti diri mereka.
Jadi identistas etnik suatu ciri khas yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
dianggap sebagai inti dari diri mereka.
Pengertian Etnik adalah
sebuah himpunan manusia (Subkelompok manusia) yang di persatukan oleh suatu
kesadaran atas kesamaan sebuah kultur atau subkultur tertentu, atau karena
kesamaan ras, agama, asal usul bangsa, bahkan peran atau fungsi tertentu.
Karena etnik berkesinambungan dengan suatu budaya. Dan kebudayaan terbentuk
dari sekumpulan orang yang menghasilkan suatu budaya yang terjadi dari
kebiasaan para anggotanya.
Pendekatan Perubahan Identitas Etnik
Ada
beberapa alasan mengapa perubahan identitas etnik suatu kelompok dapat terjadi,
yaitu :
1.Pendekatan
Objektif (Psikologi sosial/struktural)
·
Asumsi dasar
ilmu alam: Ada keteraturan dalam realitas sosial juga dalam perilaku manusia.
Mencari hukum umum dengan menjelaskan variabel mana menyebabkan atau
berkolelasi dengan variabel lainnya.
·
Pendekatan
ini cenderung etnosentrik
·
Kaum
objektivitas mengklaim bahwa tanda-tanda budayaa seperti ras secara dekat
berhubungan, kalaupun tak terpisahkan dengan etnik.
2.Pendekatan
Subjektif (Fenomenologi)
·
Kaum
subjektif memandang bahwa identitas etnik mengemuka lewat tanda-tanda budaya,
mereka menekankan diri, dan juga perasaan identitas yang berkaitan dengan
kelompok dan pengakuannya oleh orang-orang lain.
·
Identitas
etnik sebagai dinamik, cair dan situasional.
Pendekatan
deterministik ini telah dikritik sebagai terlalu simplistik, karena proses
perubahan identitas etnik pada kelompok-kelompok etnik, sebenarnya, sirkuler,
interaksional dan dinamik, melibatkan konflik-konflik dalam kelompok etnis.
II.2 PENDEKATAN OBJEKTIF
Yakni kelompok yang bisa dibedakan dari kelompok-kelompok
lainnya berdasarkan ciri-ciri budayanya seperti bahasa, agama. Pendekatan
objektif didasarkan suatu anggapan yang menyerupai anggapan dasar dalam ilmu
alam yakni adanya keteraturan dalam realitas sosial dan dalam perilaku manusia.
Para penganutnya mencari hukum-hukum umum dengan menjelaskan variabel mana
menyebabkan atau berkolerasi dengan variabel-variabel lainnya. Pendekatan
objektif cenderung etnosentrik artinya setiap kelompok etnik atau ras memiliki
semangat bahwa kelompoknya-lah yang paling superior atau lebih baik dibandingkan
dengan kelompok etnik atau ras lainnya.
Bagi positivis, gagasan
identitas etnik merupakan pendekatan operasional terhadap pertanyaan “Siapakah
Aku?” seperti perspektif subjektif (fenomenologis), perspektif objektif tentang
identitas etnik mungkin juga menghubungkan konsep identitas etnik dengan teori
konsep-diri, namun cenderung menganggapnya sebagai deterministik alih-alih
sebagai proses. Maka, pendekatan struktural terhadap diri (self) bergantung
mutlak pada pengamatan “ilmiah” atas perilaku luar (overt behaviour). Pendekatan struktural berlawanan dengan
psikologis sosial, dimana melihat kondisi dan perilaku manusia dari dalam diri
dengan mengunakan logika matematis. Ia menolak gagasan-gagasan tentang jiwa,
spirit, kemauan, intropeksi, kesadaran, subjektivitas, dan sebagainya. Karena
konsep-konsep itu tidak dapat diamati secara kuantitatif. Kaum strukturalis
berpendapat bahwa gagasan-gagasan tersebut “tidak ilmiah”. Pendekatan
struktural menganggap bahwa diri bersifat struktural dalam arti bahwa ia
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar individu.
Pendekatan struktural
juga menganggap bahwa individu-individu mengecap (typify) diri mereka sendiri
dan dicap oleh orang-orang lain dalam dunia sosial mereka berdasarkan
peranan-peranan dan lokasi mereka dalam struktur sosial. Seorang individu boleh
jadi secara simultan dicap sebagai orang Indonesia, orang Jawa, pria, profesor,
dan sebagainya. Pentingnya masing-masing identitas ini bervariasi dalam setiap
situasi sosial. Maka, pendekatan struktural lebih meminati hubungan-hubungan
langsung antara struktur sosial dan citra etnik yang dimiliki orang-orang
tentang diri mereka sendiri dan kurang memperhatikan dinamika psikologis
identitas etnik mereka. Dengan kata lain, pendekatan struktural terhadap studi
identitas etnik menganggap bahwa identitas etnik itu pasif dan statik, perilaku
luarnya ditentukan faktor-faktor diluar individu.
Sedangkan pendekatan
psikologi sosial berasumsi bahwa kehidupan dan perilaku individu tidak
sendirian, individu ada didalam lingkungan sosial, oleh karena itu kepribadian
individu dibentuk oleh kepribadian lingkungan sosial. Artinya faktor yang
berasal dari luarlah yang lebih unggul dibandingkan dengan faktor internal. Beberapa
prinsip pendekatan psikologis adalah apa yang kita sebut sebagai identitas
individu merupakan ciptaan identitas sosial melalui interaksi dengan kelompok:
disini terlihat bahwa identitas selalu bersifat ganda, sifat ganda itu karena
kita hidup dalam banyak peran yang berbeda-beda (setiap orang mempunyai banyak
peran yang berbeda-beda) maupun berbeda peran dengan peran orang lain.
Perbedaan itu kata Erik
Erikson seorang pengikut Sigmund Freud bahwa identitas merupakan peta bagi
pengembangan psikologis manusia, yaitu pengembangan identitas ego tatkala orang
itu masih berusia muda. Dengan kata lain manusia dapat melakukan dramaturgi
sesuai peran serta lingkungan dimana ia berada misalnya pengembangan identitas
remaja menuju dewasa, ketika remaja identik dengan emosi yang tidak terkontrol,
mudah tersinggung, serta labil dalam mengambil keputusan sedangkan identitas
orang dewasa perkembangan psikologisnya ditandai dengan kematangan dalam
berfikir serta bijak dalam mengambil keputusan. Dia menemukan bahwa
pengembangan identitas itu tidaklah selalu
konsisten karena identitas sebagai peta atau wilayah psikologis secara
terus menerus berubah dan berkembang secara bertahap, sementara itu
perkembangan tersebut berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain,
antara satu waktu dengan waktu yang lain. Bahkan, pengembangan dan perubahan
identitas itu menjadi sangat cepat jika ada krisis atau kejadian penting yang
mengancam. Acapkali krisis yang dihadapi manusia merupakan batu ujian dan
bahkan mendorong interaksi antara identitas individu dan kelompok.
Jadi,
pendekatan objektif itu yakni pendekatan struktural dan pendekatan
psikologi-sosial terhadap identitas etnik yang berusaha mengukur pengaruh
struktrur sosial terhadap identitas etnik subjek penelitian melalui peranan,
sosialisasi, dan keanggotaan kelompok mereka. Para penganutnya memandang
individu-individu sebagai produk-produk pasif dari kekuatan-kekuatan sosial.
Pendekatan struktural menganggap bahwa perubahan pada identitas etnik,
sebagaimana disebabkan kekuatan-kekuatan individu, menimbulkan
perubahan-perubahan pada nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap dan
perilaku etnik yang dapat diukur secara objektif dan dianalisis secara
kuantitatif. Sedangkan pendekatan psikologi sosial berasumsi bahwa kehidupan
dan perilaku individu tidak sendirian, individu ada didalam lingkungan sosial,
sehingga identitas individu dibentuk oleh identitas lingkungan sosial dan
menghasilkan peranan setiap individu berbeda sesuai dengan kondisi dan tempat
ia berada.
II.3
PENDEKATAN SUBJEKTIF
( Fenomenologis )
Pendekatan subyektif dalam kata lain
sering dipahami sebagai pendekatan fenomenologis dalam arti merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara umum bergantung pada pengamatan manusia dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya maupun peristilahannya. Pendekatan ini
memandang identitas etnik mengemukakan tanda-tanda budaya dalam suatu kaum
untuk menekankan diri dan juga menjaga perasaan identitas yang berkaitan dengan
pengakuannya oleh orang lain.
Pendekatan subyektif cenderung memandang manusia
yang mereka amati sebagai aktif, dinamis, serta mampu melakukan perubahan lingkungan
di sekeliling mereka, ini dikarenakan manusia berbeda dengan benda. Hal ini
dimaksudkan bahwa benda bersifat mati dan tidak dapat bertindak, sedangkan
manusia bersifat hidup dan bertindak dalam berbagai hal.
Fokus perhatian kaum subjektivis adalah bagian
perilaku manusia yang disebut tindakan (action), seperti :
gerakan tubuh, ucapan, suara, dll. Jadi jelas bahwa manusia berbeda dengan
hewan, tumbuhan, benda, karena manusia mempunyai pikiran, kepercayaan,
keinginan, niat, maksud, dan tujuan. Semua hal itu memberi makna kepada
kehidupan dan tindakan mereka, dan membuat kehidupan dan tindakan tersebut
dapat dijelaskan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh suatu kaum etnik untuk
mengalami siklus perubahan identitas atau etnik, pendekatan subjektif tidak akan mengukur
pengaruh dan hubungan antar variabel sebagaimana dalam penelitian objektif, tetapi
lebih kepada mengembangkan konsep, memberikan realitas ganda, menciptakan teori
dasar (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman. Sehingga
penelitian yang menggunakan perspektif ini cenderung peneliti akan menjadikan
dirinya sebagai bagian dari kebudayaan yang dia teliti, atau dengan kata lain
peneliti bertindak sebagai partisipan karena dia akan masuk dalam suatu
struktur kebudayaan tertentu dan harus mempelajari kebudayaan yang berada
didalamnya. (Liliweri,2001:34)
Kekurangan dalam penelitian subyektif ini dimana penelliti akan
menolak masukan variabel kebudayaan lain ke dalam kebudayaan yang sedang
diteliti. Oleh karena itu, para peneliti yang menggunakan perspektif ini kerap
kali mendapat kritik karena gambaran yang diberikan tentang kebudayaan yang
ditelitinya terlalu sedikit. Pendekatan subjektif pun sering mengkritik
peneliti yang menarik kesimpulan tentang suatu budaya tertentu berdasarkan
ukuran-ukuran yang berlaku pada kebudayaan lain.
Terdapat tiga tipe identitas Bengali
India berdasarkan interaksi mereka dengan orang-orang Amerika, yaitu : mereka
yang tidak memiliki hubungan yang signifikan di luar komunitas etnik mereka,
mereka yang memiliki paling tidak hubungan pribadi yang signifikan dengan
orang-orang Amerika tapi secara substansial tidak terlibat dalam kehidupan
publik atau bermasyarakat, dan mereka yang memiliki kegiatan publik yang
signifikan tetapi tanpa hubungan pribadi di luar komunitas etnik mereka yang
memiliki kegiatan penting dalam kehidupan public dan hubungan pribadi, intern
yang signifikan dengan orang-orang baru Amerika.
Dari kesimpulan diatas terdapat
bentuk-bentuk identifikasi dari suatu kelompok atau etnik yang sangat berbeda
bahwa sebagian etnik bersifat statik dan mengabaikan kemungkinan-kemungkinan
bahwa anggota-anggota etnik harus mengubah kategori mereka untuk menyesuaikan
diri dengan situasi lingkungan dan perkembangan baru dari etnik tersebut.
II.4
MODEL-MODEL PERUBAHAN IDENTITAS ETNIK
Pada
dasarnya identitas etnik muncul bila dua atau lebih kelompok etnik berhubungan.
Pada masa lalu terdapat berbagai model tentang tabiat dan proses transformasi
identitas etnik, terutama model akulturasi dan model asimilasi yang
kadang-kadang dipertukarkan. Asimilasi cenderung sejajar dengan hilangnya
etnisitas, sementara pluralisme budaya cenderung menonjolkan kesinambungan
etnisitas (Kim, 1988:30). Asimilasi merujuk pada “ sejauh mana suatu kelompok yang semula khas
telah kehilangan identitas subjektifnya dan telah terserap kedalam struktur
sosial suatu kelompok lain. Memang ,akulturasi adalah suatu prasyarat, atau
sekurang-kurangnya seiring dengan asimilasi karena bagaimana mungkin seseorang
kehilangan perasaan khasnya dan sepenuhnya diterima suatu kelompok lain kecuali
bila ia lancar dalam bahasa dan budaya kelompok penerima
Konsep
akulturasi dan konsep asimilasi bermula dari dan berkembang di Amerika Serikat.
Perbedaan diantara dua proses itu adalah bahwa akulturasi merupakan proses dua
arah, sedangkan asimilasi merupakan proses satu arah. Sejak definisi yang
autoritatif muncul, banyak ahli mengemukakan definisi akulturasi. Banyak
definisi mengandung interpretasi serupa, yaitu bahwa akulturasi adalah suatu
bentuk perubahan budaya yang diakibatkan oleh kontak kelompok- kelompok budaya,
yang menekankan penerimaan pola-pola dan budaya baru dan ciri-ciri masyarakat
pribumi oleh kelompok- kelompok minoritas.
Sebuah
definisi asimilasi di kemukakan oleh Park dan Burgess :
Asimilasi
adalah suatu proses interprenetasi dan fusi. Melalui proses ini orang- orang
dan kelompok- kelompok memperoleh memori- memori, sentimen- sentimen dan sikap-
sikap orang- orang atas kelompok- kelompok lainnya, dengan berbagai pengalaman
dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya yang sama
(1969: 735).
Di
Amerika Serikat khususnya, ada gagasan populer bahwa asimilasi merupakan akibat
kelompok- kelompok minoritas memasuki budaya dominan dan bahwa kelompok-
kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas etnik mereka yang
membedakan mereka dari kelompok dominan. Karena beberapa kelompok minoritas
yang sudah mulai terpengaruh dan tergeser dengan budaya mayoritas yang sangat
diperlihat jelaskan di masyarakat.
Dalam
hal ini asimilasi menghasilkan dua akibat :
1) Kelompok minoritas kehilangan
keunikannya dan menyerupai kelompok mayoritas.
Dalam konteks itu kelompok mayoritas tidak berubah.
2) Kelompok etnik dan kelompok mayoritas
bercampur secara homogen. Masing- masing kelompok kehilangan keunikannya, lalu
muncul suatu produk unik lainnya, suatu proses yang disebut Belanga Pencampuran
(Melting Pot) (Jiobu, 1988:6).
Sebenarnya hal yang seharusnya dilakukan adalah
mempertahankan budaya masing- masing, mau itu dari kelompok mayoritas maupun
minoritas karena menekan kebudayaan minoritas akan sangat disayangkan. Kelompok
mayoritas pun jangn bercampur begitu saja hingga kehilangan keunikannya,
semakin banyak dan beragamnya keunikan budaya makan akan semakin menarik dan
dapat saling menghargai budaya dari masing – masing tempat.
Pada tahun 1920-an banyak kelompok etnik yang datang
ke Amerika Serikat sebagai imigran, kelompok- kelompok etnik tersebut tetap
memelihara keunikan mereka masing- masing. Namun tak lama kemudian, muncullah
gagasan pluralisme budaya yang menentang gagasan asimilasi. Pluralisme budaya
menunjukkan, adalah tidak benar bahwa kelompok- kelompok minoritas akan
berasimilasi dengan budaya dominan.
mohon maaf ini ada acuan/sumber dalam bentuk pdfnya nggak mba? buat referensi,kalo ada boleh di email ke uffi.fm02@gmail.com
BalasHapusmakasih banyak sebelumnya